Judul: The Moneyless Man
Penulis: Mark Boyle
Judul Asli: The Moneyless Man, A Year Freeconenomic Living
Alih Bahasa: Rahman Astuti
Penerbit: PT Serambi Ilmu Semesta
ISBN: 978-979-024-355-2
Tebal: 352 hlm
Tahun terbit: 2011
Cetakan: ke-1
Genre: Memoar
Rating: 5/5
“Uang tidak lagi bekerja untuk kita. Kitalah yang bekerja untuk uang. Uang telah mengambil alih dunia. Sebagai masyarakat, kita memuja dan memuliakan komoditas yang tidak memiliki nilai intrinsik, dengan mengorbankan semua hal lainnya. Terlebih lagi, seluruh gagasan kita tentang uang dibangun pada sebuah sistem yang mengembangkan prinsip ketidaksetaraan, kerusakan lingkungan, dan sikap tidak menghormati kemanusiaan.” (halaman 18-19)
Pernahkah terlintas di kepala Anda untuk hidup tanpa menggunakan uang? Saya pikir, mayoritas manusia di dunia ini–termasuk saya–mungkin akan merasa bingung bila harus menjalani hidup tanpa uang. Namun Mark Boyle, si moneyless man, telah membuktikannya pada dunia bahwa ia mampu bertahan hidup selama setahun tanpa uang. Dan jika Anda berpikir betapa tersiksanya ia hidup tanpa uang, Anda salah. Boyle justru memilih bersenang-senang dengan hidupnya, dan sekali lagi, tanpa uang.
Bagaimana caranya hidup tanpa uang? Di mana ia tinggal? Apa yang ia makan? Tahukah Anda? Boyle sampai harus menanam sendiri sayurannya! Tapi ia tidak selalu makan sayuran yang ia tanam. Ia juga makan roti, jamur, daging, dan sebagainya laiknya hidup normal. Ia bisa mendapatkan makanan gratis dan mewah. Ia membuat sendiri sikat gigi dan pastanya, sabun, lalu tinta dari jamur untuk menulis, membuat kompor roket, toilet kompos, menghasilkan listrik sendiri, serta hal-hal mengejutkan dan mengasyikkan lainnya. Meski tak memiliki kendaraan bermotor, ia tetap bisa menikmati perjalanan ke berbagai kota secara gratis. Bagaimana caranya melakukan itu semua? Segalanya telah ia bagikan di buku ini, termasuk sumber-sumber referensi yang memudahkan siapa saja untuk mulai meminimalisir penggunaan uang.
The Moneyless Man adalah sebuah memoar berisi pengalaman hidup Mark Boyle selama setahun tanpa uang. Berangkat dari kepeduliannya pada lingkungan, juga keprihatinannya pada kehidupan sosial masyarakat yang kini berganti dari nilai-nilai sosial menjadi nilai kapitalis dan konsumerisme, ia akhirnya mengambil keputusan ekstrem untuk melakukan percobaan hidup tanpa uang. Dengan melakukannya langsung pada diri sendiri dan menyebarluaskan pengalamannya ke seluruh dunia lewat blog, media massa dan buku, maka dampak yang diperoleh akan sangat besar. Ia berharap akan ada perubahan-perubahan–kecil dan besar, sederhana bahkan ekstrem–yang terwujud dari ide ‘gila’nya.
Di dalam catatannya ini, Boyle ingin menunjukkan betapa banyak manfaat yang bisa diraih bila kita meminimalisir penggunaan uang, salah satunya mengurangi budaya konsumerisme dan sekaligus menjaga lingkungan. Menurutnya, sistem kredit yang berkembang saat ini telah menimbulkan banyak kerusakan lingkungan karena memungkinkan siapa saja hidup nyaman melampaui apa yang bisa mereka raih. Bagi kebanyakan kita, uang adalah jaminan kenyamanan, dan menurut Boyle pemikiran seperti ini sangat berbahaya.
Uang juga telah merenggut budaya kerjasama dan tolong-menolong dalam kehidupan sosial. Jika dulu orang akan dengan mudahnya membantu orang lain saat panen tanpa imbalan, atau jika pun dengan imbalan, mereka melakukannya dengan cara barter, maka lain hal dengan sekarang, segalanya diukur dengan uang. Selain itu, uang sejak lama telah menjadi alat kesenjangan sosial. Golongan A memandang rendah golongan B hanya karena memiliki banyak uang. Ini realita. Maka, bila semakin banyak orang yang mengesampingkan uang sebagai tujuan, budaya tolong-menolong dan saling menghargai itu akan tumbuh dan semakin berkembang.
“Berbagi menumbuhkan ikatan, mengurangi ketakutan dan membuat orang-orang merasa lebih nyaman dengan dunia yang mereka huni. Kedamaian hanya akan datang saat semua interaksi kecil yang terjadi di seluruh dunia setiap hari terjalin lebih harmonis.” (halaman 37)
Tak hanya manfaat kebaikan bagi lingkungan dan sosial, hidup tanpa uang membuat fisik Boyle semakin sehat dan kuat. Ia bahkan merasa lebih tenang dalam hal spiritul sebab ia semakin dekat dengan alam, dekat dengan kejujuran, rasa syukur, serta nilai-nilai positif lainnya sebagai dampak dari melupakan uang. Boyle kian hari semakin menyadari bahwa ia seperti tercerahkan, lebih menghargai orang lain dan kehidupan.
Pemikiran yang dipahami mayoritas penduduk dunia saat ini adalah bahwa lebih banyak uang akan membuat mereka lebih bahagia. Dan sekali lagi, Boyle lewat kehidupan tanpa uangnya telah menginspirasi banyak orang bahwa siapa saja bisa merasakan kebahagiaan meski tidak memiliki uang. Ada begitu banyak manfaat yang ditorehkannya dalam buku ini, dan Anda harus membacanya.
“Jika Anda memercayai kehidupan dan memberi tanpa mengharapkan balasan, apa pun yang Anda butuhkan akan tersedia persis ketika Anda membutuhkannya.” (halaman 134)
“Perasaan syukur semacam itu akan semakin bertambah ketika Anda semakin dekat dengan alam dan benda-benda yang Anda gunakan; semakin tinggi kadar keterpisahan yang Anda rasakan, semakin kurang penghargaan Anda terhadapnya.” (halaman 140)
*Mark Boyle adalah pendiri komunitas Freeconomy, di mana setiap anggota dapat memberi dan menerima keterampilan, peralatan, dan tempat dengan cuma-cuma. (website: www.justfortheloveofit.org)