Judul: Jumpalitan Menjadi Ibu
Penulis: Sari Meutia, dkk
Penerbit: Lingkar Pena Kreativa
ISBN : 978602885127-5
Tebal: 222 hlm
Dimensi: 14,5 x 20 cm
Tahun terbit: 2011
Cetakan: Pertama, Februari 2011
Genre: Nonfiksi, Keluarga, Inspirasional, Catatan Harian
Rating: 3/5
Pekerjaan sebagai seorang ibu rumah tangga kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, bahkan mungkin tidak dianggap sebagai sebuah profesi laiknya dokter, kepala cabang, dosen atau yang lainnya. Padahal, tahukah kita, bahwa seorang ibu rumah tangga justru bekerja berkali lipat lebih berat dan lebih lama dibanding profesi pada umumnya?
Bayangkan saja, sejak dini hari seorang IRT harus bangun dari kenyamanan tidurnya, menyiapkan segala kebutuhan anggota keluarga, memasak sarapan, membersihkan rumah, lalu menyiapkan perlengkapan anak dan suami. Belum lagi harus meladeni aneka pola tingkah anak yang masih kecil-kecil, mengantarnya ke sekolah, berbelanja, menyiapkan makan siang, atau mencuci dan menyetrika. Seakan tak ada habisnya, waktu malam pun digunakan untuk mengurus keluarganya lagi, mendidik anak-anak, mengajarinya mengerjakan PR, memikirkan bagaimana caranya agar anaknya menjadi anak yang baik, dan begitu seterusnya.
Selesai? Belum. Masih ada hal lain yang tak kalah pentingnya; mengelola keuangan keluarga. Seorang IRT harus bisa mengatur bagaimana pendapatan sebulan bisa cukup untuk makan, pendidikan, listrik air, serta biaya-biaya tetek bengek lainnya yang semakin hari semakin meningkat, sementara mereka harus memutar otak bagaimana bisa mencukupi kebutuhan. Tak sedikit yang kemudian ikut membantu meringankan beban suami dengan bekerja dari rumah, berwirausaha, tanpa harus meninggalkan keluarganya. Sekarang, mereka memiliki dua profesi! Dan itu dilakukan setiap hari. Setiap waktu. Seakan tak ada habisnya. Fiuh. Melelahkan, bukan?
Tapi, begitulah seorang full time mother, melakukan yang terbaik untuk keluarganya, seperti yang diwakilkan oleh para ibu di dalam buku ini. Jumpalitan Menjadi Ibu berisi 19 kisah pengalaman sehari-hari para ibu rumah tangga yang harus mengalami saat-saat jumpalitan hampir setiap hari. Dan sepertinya, kesembilan belas kisah ini cukup mewakili kisah para ibu di seluruh dunia. Tak jauh beda. Terkadang suka, kadang duka, malah seringnya lucu, seperti kisah heroik seorang Sylvia L’Namira yang rela kehujanan, ketiban ban bocor, lalu ditertawakan orang karena kelupaan masih mengenakan pakaian basah demi mengantar perlengkapan sekolah anaknya yang ketinggalan. Atau kisah seorang ibu yang single fighter, yang harus berperan sebagai ibu sekaligus ayah bagi buah hatinya. Juga kisah seorang ibu yang kehilangan anaknya di pusat perbelanjaan, atau yang harus jungkir balik kewalahan akibat ulah anak-anaknya yang aktif dan kreatif. Wah, ada begitu banyak kisah penuh hikmah di buku ini yang bisa membuat air mata Anda mengalir.
Antologi kisah ini memang pantas disebut catatan cinta, sebab isinya penuh cinta. Bagi pembaca yang belum menikah, buku ini akan membuat Anda membayangkan diri Anda kelak, suatu saat, mungkin juga akan berada di posisi mereka, menjadi full time mother. Bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk mengingatkan bahwa menjadi ibu itu bukanlah sesuatu yang buruk. Bukan sama sekali. Lihat mereka, saat jumpalitan pun mereka bisa merasakan indahnya menjadi ibu. Dan bagi pembaca yang sudah menikah, buku ini akan menguatkan Anda, bahwa Anda tidak sendiri. Semua ibu di dunia ini sama lelahnya, sama jumpalitannya, hanya bagaimana mereka menyikapinya saja yang membuat setiap ibu berbeda.
Beruntung saya bisa mendapatkan buku ini di event giveaway Goodreads. Yang paling menarik secara fisik dari buku ini adalah sampulnya yang menawan, sangat indah dan mewakili isinya. Belum lagi tampilan tata letak dan desain ilustrasi dalamnya yang juga membuat nyaman dibaca. Cantik. Saya suka. Lagipula, buku ini tidak berat sama sekali. Membacanya membuat saya senyum-senyum sendiri, mengingat satu dua penulisnya adalah orang yang saya kenal sedikit banyak di dunia maya.
Ada satu kalimat indah yang sangat saya suka dan mungkin juga Anda suka.
“Menjadi ibu full time, upahnya jauh lebih tinggi dari pekerjaan mana pun di dunia, karena bayarannya adalah cinta yang tulus.” (halaman 71)
What a wonderful life! Semoga kalimat ini bisa menjadi penguat setiap perempuan di mana saja yang membuat keputusan menjadi salah satu full time mother di dunia ini. Empat jempol untuk para ibu!