Judul: Hafalan Buyar Tanda Tak Pintar
Judul Asli: Al-Musyawwiq Ila Al-Qira’ah wa Thalab Al-‘Ilm
Penulis: Al Imam Abul Faraj Abdurrahman Ibnul Jauzi
Penerjemah: Irwan Raihan
Penerbit: Kuttab Publishing
ISBN: 978-602-8171-13-7
Tebal: 158 halaman
Tahun Terbit: Januari 2016
Genre: Agama Islam, Pendidikan Islam
Rating: 3/5
“Abu Dawud Ath-Thayalisi adalah orang yang banyak hafalannya. Dia seperti Abdurrahman bin Mahdi. Abu Dawud tertimpa penyakit kusta sedang Abdurrahman tertimpa penyakit lepra. Abu Dawud hafal empat puluh ribu hadits, sedang Abdurrahman hafal sepuluh ribu hadits.” (halaman 88)
Membaca petikan di atas barangkali membuat kita berdecak kagum mengetahui bahwa seorang pengidap kusta dan seorang pengidap lepra memiliki kemampuan hafalan yang tak biasa. Bayangkan empat puluh ribu hadits! Menghafal 40 hadits arba’in saja kita mungkin kewalahan, bagaimana pula dengan 40.000 hadits? Masya Allah. Dan itu baru dua orang di antara puluhan penghafal yang diceritakan di buku Hafalan Buyar Tanda Tak Pintar terbitan Kuttab Publishing ini.
Ditulis oleh Ibnul Jauzi, seorang ulama yang juga memiliki kapasitas ilmu yang tak biasa, buku ini memberikan warna baru pada tema sejenis. Buku-buku tentang kiat menghafal, biografi para penghafal, atau tips-tips seputar hafalan mungkin sudah sangat banyak beredar. Lantas apa yang membuat buku ini berbeda? Dibagi menjadi tujuh bab, buku Hafalan Buyar Tanda Tak Pintar akan menjelaskan beberapa topik yang mungkin jarang dijumpai di buku-buku bertema sejenis lainnya.
Salah satu yang dijelaskan di buku ini adalah tentang karakter fisik orang yang mudah menghafal dan yang sulit menghafal. Selain itu, ada bab lain yang membahas obat-obatan, makanan maupun minuman yang bisa membantu menguatkan hafalan. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, bagi orangtua yang ingin mempersiapkan anaknya agar mudah menghafal sejak dalam kandungan, barangkali bisa mempelajari wawasan baru ini.
“Yang paling sering menyebabkan lupa adalah makanan yang dingin dan basah. Makanan yang terlalu kering juga tidak menguntungkan karena dia melemahkan kerja otak, dan menjadikannya seperti batu, tidak bisa merekam sesuatu sedikit pun.” (halaman 53)
Porsi paling banyak yang dibahas oleh Ibnul Jauzi adalah kisah-kisah para penghafal terkemuka. Ada 79 orang yang dikisahkan secara singkat di buku ini. Sebagian besar nama-namanya barangkali tidak terlalu familiar bagi kita. Ini menurut saya menjadi kelebihan lain dari buku Hafalan Buyar Tanda Tak Pintar dibandingkan buku setema lainnya. Pembaca akan mengenal lebih banyak orang-orang yang hafalannya luar biasa, termasuk para penghafal hadits. Tidak sekadar hafal redaksi hadits, melainkan juga mengingat perawinya dan jalur sanadnya secara lengkap.
Salah seorang penghafal yang dikisahkan oleh Ibnul Jauzi adalah Ubaidillah bin Abdul Karim bin Yazid atau Abu Zur’ah Ar-Razi. Beliau adalah seorang imam yang kuat hafalannya. Abu Zur’ah pernah berkata,
“Sesungguhnya di rumahku ada catatan yang kutulis sejak lima puluh tahun yang lalu dan saya belum pernah menelaahnya sejak aku menulisnya. Tetapi saya tahu pasti letaknya di kitab apa, pada bab apa, pada lembar yang mana, pada halaman berapa dan pada baris ke berapa. Tidaklah telingaku mendengar suatu ilmu kecuali hatiku pasti segera memahaminya. …” (halaman 99-100)
Ada juga kisah tokoh lain dengan hafalannya yang hebat bernama Muhammad bin Al-Qasim atau Abu Bakar Al-Anbari yang mampu mendiktekan kitab Gharib Al-Hadits yang terdiri dari 45 ribu lembar, kitab Syarh Al-Kafi yang terdiri dari 1000 lembar, dan kitab-kitab lainnya. Masya Allah. Betapa tak biasanya hafalan orang-orang hebat ini, ya ….
Buku ini juga dilengkapi dengan lampiran sebagai materi tambahan tentang hal-hal teknis seputar hafalan yang bisa membantu pembaca untuk belajar. Tak perlu risau dengan sumber yang digunakan oleh penulis karena beliau merujuk kepada hadits-hadits dan kitab-kitab shahih.
Karya hebat biasanya tidak terlepas dari penulisnya yang juga hebat. Ibnul Jauzi mulai menulis sejak berusia tiga belas tahun. Beliau juga memiliki kemampuan dalam setiap bidang ilmu seperti tafsir, hadits, sejarah dan fikih. Dengan latar keilmuan beliau, tak heran bila buku ini semakin berbobot.
Buku ini ringkas dan tipis. Meskipun ketika membacanya, saya merasa tidak segereget ketika membaca buku Gila Baca Ala Ulama, namun buku Hafalan Buyar Tanda Tak Pintar ini tetap bisa menarik perhatian dan memacu motivasi pribadi saya untuk bergiat meningkatkan hafalan dan belajar lebih baik lagi.
Semoga kisah-kisah para penghafal tersebut menjadi sumber inspirasi kebaikan bagi pembaca.
==========
Dalam rangka pengembangan perpustakaan kami, kami juga membuka divisi usaha berupa toko buku online di Toko Buku Pustaka Hanan. Apabila rekan-rekan sedang mencari buku ini atau buku Islam lainnya, bisa menghubungi kami.
Kusta ama lepra emang berbeda? @_@
sama mbak 🙂