gila-baca-ala-ulamaJudul: Gila Baca ala Ulama
Judul Asli: Al-Musyawwiq Ila Al-Qira’ah wa Thalab Al-‘Ilm
Penulis: Ali bin Muhammad Al-‘Imran
Penerjemah: Arif Fauzi
Penerbit: Kuttab Publishing
ISBN: 978-602-8171-12-0
Tebal: 178 halaman
Tahun Terbit: Januari 2016
Genre: Agama Islam, Pendidikan Islam
Rating: 4/5

Ilmu itu bukanlah yang mengisi lemari buku
Ilmu adalah apa yang terkandung dalam hati
(halaman 132)

Mengenal tokoh-tokoh intelektual, sastrawan dan ilmuwan asal lokal maupun Barat yang memiliki kecintaan terhadap buku mungkin sudah cukup biasa bagi kita. Ada banyak informasi tentang mereka yang bertebaran di berbagai sumber dan membuat kita takjub. Kita menjadi sangat bersemangat ketika mengetahui tokoh yang satu memiliki ribuan buku di ruang bacanya atau tokoh yang lain tetap membaca dan menulis meskipun berada di dalam penjara.

Di buku Gila Baca Ala Ulama ini, kita akan lebih takjub lagi mengetahui betapa para ulama Islam begitu tinggi gairah dan kecintaannya terhadap buku dan ilmu. Tak hanya berhasil membaca ratusan ribu jilid buku, melainkan juga menulis dan menyalin ulang ratusan jilid buku dan mengajarkannya. Sebut saja Ibnul Jauzi yang telah membaca 200.000 jilid buku, Ibnu Taimiyyah yang tetap membaca meskipun dalam keadaan sakit berat, atau bahkan Hasan Al-Lu’luai, yang selama 40 tahun usia hidupnya, ia selalu tidur dengan buku tergeletak di atas dadanya. Terkadang tak hanya sekali dua kali para ulama tersebut membaca satu buku, melainkan berulang-ulang.

Belum selesai ketakjuban kita atas kegemaran membaca beberapa tokoh ulama masa lalu, Ali bin Muhammad Al-‘Imran penulis buku ini juga masih memberikan kita kejutan dengan kisah-kisah kelezatan para ulama dalam memburu dan membeli buku. Ada Imam Muhammad bin Ya’qub Fairuz Abadi yang membeli berbagai buku berharga seharga 50.000 mitsqal emas atau senilai dengan 21 milyar rupiah, atau Abul Alla’ Al-Hamadzani yang rela menjual rumah—harta satu-satunya—demi membeli buku-buku yang ia sukai. Masya Allah.

Selain itu, buku Gila Baca Ala Ulama ini juga mampu menghibur kita dengan kisah mimpi para ulama yang masuk surga bersama buku saking cintanya beliau terhadap buku. Jika kita tergelitik karena merasa mengantuk setiap kali menyentuh dan mulai membaca buku, maka penulis menyuguhkan kisah sebaliknya, ada ulama yang justru mengusir kantuk dengan membaca buku. Hmm … Bertolak belakang sekali ya dengan kita 😀 Ada puluhan ulama yang kegilaannya terhadap buku dikisahkan di buku ini.

Buku ini berhasil membuat saya merasa kerdil dan menciut. Betapa kita hari ini sering merasa takjub dengan banyaknya koleksi buku kita yang berrak-rak berjejer. Tetapi, seberapa banyak ilmu yang sudah kita petik dari buku-buku itu? Berapa banyak buku yang kita baca dalam sebulan, setahun, sebanyak usia kita? Jika dibandingkan dengan para ulama yang membaca ribuan jilid buku dalam waktu singkat, barangkali kita ibarat semut dan gajah perbandingannya. Apalagi buku-buku yang mereka baca notabene adalah kitab-kitab tebal, manuskrip dengan topik berat, yang bisa jadi tidak sebanding dengan buku bacaan kita saat ini.

“Sungguh, cara melestarikan khazanah ini tidak dengan sekadar menyusunnya di dalam lemari indah, menertibkan, menghiasi, menerbitkan dan mengeditnya. Tidak cukup seperti itu. Akan tetapi, cara paling baik dan paling tepat untuk melestarikannya adalah dengan membangkitkan gerakan ilmiah serta menumbuhkan dan meninggikan cita-cita. Marilah kita tambah setiap hari barisan para pembaca dengan wajah-wajah baru. Mereka harus tekun membaca khazanah itu dan mengambil manfaat darinya. Hanya dengan cara ini, semua sarana penunjang (penyimpanan, penyusunan dan penerbitan) berkembang dan menjadi sempurna.” (halaman 18)

Ali bin Muhammad Al-‘Imran memberikan perspektif baru terhadap ‘kegilaan’ pada buku lewat karyanya. Beliau saat ini juga sedang memimpin proyek men-tahqiq karya ulama salaf seperti Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim, dan lain-lain. Selain mengumpulkan kisah-kisah para ulama dan pengalamannya terhadap buku menggunakan dalil-dalil yang shahih dan terjaga kevalidannya, penulis juga menyusun buku ini secara lebih sistematis dilengkapi dengan beberapa tips terkait ilmu dan kegiatan membaca seperti tips membaca buku tebal dan sebagainya. Agaknya belum ada rasa-rasanya buku lain dengan topik sejenis yang selengkap buku Gila Baca Ala Ulama ini. Bukunya juga tidak terlalu tebal, bisa dibaca sekali duduk. Kisah-kisahnya juga cukup singkat tetapi padat, tidak membuat pembaca bosan. Setidaknya ini menurut pendapat dan pengalaman saya pribadi.

Kekurangan buku? Hmm … Rasanya sejauh ini belum ada kekurangan yang terlalu berarti. Barangkali semacam harapan saja dari saya, jika ditambahkan dengan dokumentasi semacam ilustrasi atau foto-foto peninggalan para ulama yang masih tersedia, misalnya lemari bukunya, ruang tempat mereka menulis kitab atau sejenisnya, mungkin rasanya akan lebih menakjubkan. Kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih visual. Ini hanya sekedar harapan. Tentunya untuk mewujudkan harapan ini, saya juga bisa memaklumi, bahwa itu tidaklah mudah.

Mengetahui kisah-kisah para ulama Islam dalam menuntut ilmu, membaca dan mencintai buku menyadarkan kita, umat Islam, bahwa mereka itu layak menjadi penerus para nabi dalam mengajarkan agama kita ini. Mereka pantas menelurkan karya-karya hebat yang tidak lekang oleh zaman. Miris rasanya ketika ada orang-orang yang mengecilkan peran ulama dan salafus shalih, menganggap remeh keberadaan mereka, hingga dengan mudahnya mengeluarkan dalil-dalil pembenaran padahal masih anak kemarin sore dalam bidang ilmu syari’at, itu pun terkadang mengambil sumber dari internet. Sudah seharusnya kita menghargai para ulama dengan terus belajar dan menimba ilmu untuk amal kebaikan kita.

Buku ini layak saya rekomendasikan untuk siapa saja yang ingin membuka cakrawala lebih luas. Empat bintang untuk Gila Baca Ala Ulama. Saya sukaaaa sekali 🙂

“Perkara paling utama adalah mencari tambahan ilmu. Sebab, orang yang membatasi ilmunya dan merasa cukup dengannya pasti akan keras kepala. Perasaan superiornya akan menghalanginya dari mendapatkan manfaat. Dengan belajar, seseorang dapat mengetahui kesalahannya.” (halaman 36-37)

Catatan:
Buku lanjutan yang juga membuat saya penasaran setelah membacanya di footnote buku ini,
1. Abjad Al-‘Ulum karya Al-Qanuji
2. Mudawah An-Nufus karya Ibnu Hazm

==========
Dalam rangka pengembangan perpustakaan kami, kami juga membuka divisi usaha berupa toko buku online di Toko Buku Pustaka Hanan. Apabila rekan-rekan sedang mencari buku ini atau buku Islam lainnya, bisa menghubungi kami.