Judul: Mr. Fox yang Fantastis
Judul Asli: Fantastic Mr Fox
Penulis: Roald Dahl
Alih Bahasa: Diniarty Pandia
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-979-686-501-7
Tebal: 96 hlm
Tahun terbit: Januari 2010
Cetakan: Kedua
Genre: Fabel, Fiksi Anak
Rating: 4/5
Mengawali 2015 dengan bacaan ringan memang cukup ampuh untuk membangkitkan semangat baca. Makanya, saya pilih novelnya Roald Dahl yang satu ini, Mr. Fox yang Fantastis, sekaligus untuk bacaan reading challenge dari Komunitas Penimbun Buku dengan tema A Book that Became a Movie. Lumayan, tipis 😀
Tersebutlah di suatu lembah, ada tiga orang peternak yang kaya raya. Mereka bernama Boggis si gendut peternak ayam, Bunce si pendek peternak bebek dan angsa, kemudian Bean si kurus peternak kalkun dan petani apel. Mereka bertiga sangat menyebalkan, pelit dan jahat. Sementara itu di bukit atas lembah, hiduplah Mr. Fox dan keluarganya; Mrs. Fox dan keempat Fox kecil, di sebuah lubang di bawah pohon besar. Setiap malam, Mr. Fox mendatangi peternakan tersebut dan mengambil ayam, bebek serta kalkun mereka.
Karena tidak tahan dengan ulah Mr. Fox, Boggis, Bunce dan Bean kemudian berencana membunuh si rubah, tapi mereka gagal. Lalu mereka mulai menggali lubang rumah Mr. Fox. Awalnya menggunakan sekop, namun Mr. Fox tak kalah cerdik, ia pun menggali lubangnya semakin dalam. Boggis dan kedua sahabatnya tak kehilangan akal. Mereka membawa traktor untuk membongkar seluruh bukit. Belum puas dengan cara itu, mereka bertiga lalu mengerahkan ratusan pekerja peternakannya untuk mengepung bukit yang kini sudah menjadi lembah. Mereka berpikir jika mereka menunggui lubang itu berhari-hari, Mr. Fox dan keluarganya pasti akan kelaparan dan lama-kelamaan akan mati atau keluar dari lubang. Alhasil, mereka pun mendirikan kemah di sana. Benar-benar menggelikan! Haha.
Karena seluruh bukit sudah rusak akibat ulah traktor Boggis, Bunce dan Bean, sebagian besar hewan-hewan yang tinggal di hutan juga ikut kelaparan karena tidak bisa keluar dan mereka bertemu dengan Mr. Fox di dalam tanah. Tapi, jangan sebut Mr. Fox jika tidak memiliki ide yang fantastis. Meski sudah lemah karena lapar, ia tetap tidak menyerah. Bersama anak-anaknya, ia kemudian mendapatkan ide brilian yang bisa menyelamatkan keluarganya dan teman-temannya dari kelaparan. Bahkan, mereka bisa berpesta pora dengan banyak makanan dan minuman lezat. Lantas ide brilian apa yang dimiliki Mr. Fox untuk menyelamatkan mereka? Dan bagaimana nasib Boggis, Bunce dan Bean?
Roald Dahl memang piawai merangkai cerita menjadi kisah yang luar biasa. Dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi unik, “Mr. Fox yang Fantastis” tetap mampu menyuguhkan pesan moral yang baik untuk pembaca, bahwa kita tidak boleh pelit dan jahat, sebab kejahatan akan menyebabkan munculnya kejahatan lain. Kisah keluarga rubah ini juga sebenarnya mengajarkan kita untuk tidak mudah menyerah dan selalu berpikir cerdik untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi. Kisah yang sederhana dan ringan memang, namun cerdas dan mengasyikkan. Tak heran jika Roald Dahl disebut sebagai salah satu pengarang favorit anak-anak sedunia.
Namun, di edisi terjemahannya ini, ada beberapa poin yang cukup mengganggu pikiran. Saya menemukan beberapa kata umpatan seperti br*ngsek, sialan, dan beberapa ungkapan kasar lainnya, yang menurut saya kurang baik jika dibaca anak-anak. Saya bertanya-tanya, bagaimana ungkapan dalam bahasa aslinya? Apakah bisa digantikan dengan ungkapan lain yang lebih pantas? Ataukah jika diganti, maka dialog-dialog dan emosi dari karakter menjadi kurang greget? Saya jadi ingin sekali membaca edisi bahasa Inggrisnya.
Mungkin edisi terjemahannya ini lebih cocok jika dibaca langsung oleh remaja atau dewasa, yang sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kalau untuk anak-anak, sebaiknya gunakan metode menceritakan ulang oleh orangtuanya. Atau, kalau pun memang si anak yang membaca langsung, sebaiknya didampingi oleh orangtua juga agar orangtua bisa menjelaskan umpatan-umpatan yang tidak baik tersebut. Dengan cara ini, si anak jadi mendapatkan wawasan moral yang lebih baik dan tidak meniru umpatan tersebut.
Meskipun begitu, kisah rubah yang fantastis ini memang seru. Sangat menyenangkan membacanya. Overall, saya beri empat bintang untuk “Mr. Fox yang Fantastis” dan saya nobatkan sebagai salah satu novel yang saya favoritkan.
Novel ini juga telah diangkat ke layar lebar di tahun 2009. Kabarnya, film stop motion tersebut dianggap sebagai saingan berat film “Up” dalam penghargaan Oscar untuk kategori animasi terbaik.
Filmnya tak kalah seru lho dengan novelnya. Detail filmnya agak sedikit berbeda dengan yang ada di buku. Kalau di buku, anak Mr. Fox ada empat, sedangkan di filmnya hanya ada satu dan ditambah dengan satu keponakan. Alur cerita filmnya juga agak sedikit berbeda dengan yang di buku. Meskipun begitu, pada intinya ceritanya sama dan tidak lari dari cerita orisinalnya.
Woww… ternyata lumayan banyak juga ya buku-bukunya Roald dahl yang diangkat ke film. Saya belum satun baca buku-buku -_- tapi saya pernah menonton film yang diangkat dari bukunya. Charlie and the Cocholate Factory kalo gak salah judulnya. Dari bukunya Roadl Dahla, kan. xixixiii…lupaaa 😀
iyak betulll. Charlie and the Cocholate Factory memang dari buku Roald Dahl. saya malah belum punya buku yang Chocolate Factory, masih nyari hihi. ada lanjutannya mbak yang pabrik coklat itu kalo bukunya, judulnya Charlie and the Great Glass Elevator