buku misi mencari ibuJudul: Misi Mencari Ibu
Penulis: Gwyneth Rees
Judul Asli: The Mum Hunt
Alih Bahasa: Dyah Pitaloka Citraresmi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 979-22-2036-4
Tebal: 192 hlm
Dimensi: 20 cm
Tahun terbit: April 2006
Cetakan: ke I
Genre: Fiksi Anak, Fiksi Keluarga
Rating: 3/5

Apa sebenarnya yang kita harapkan dari ibu kita? Perhatian? Kasih sayang? Kesempurnaan? Tak ada seorang anak pun yang ingin ditinggalkan ibunya. Namun, terkadang takdir tak selalu mengikuti keinginan kita. Ditinggalkan oleh ibunya sejak lahir membuat Esmie sangat merindukan sosok seorang ibu. Ia selalu menyimpan foto ibunya di samping tempat tidur dan, setiap kali ia ingin curhat pada ibunya, ia selalu berbicara pada foto itu. Tapi bagi Esmie, itu semua tidak cukup memuaskan hatinya. Ia ingin ibu sungguhan!

Nama panjangnya adalah Esmerelda, tapi semua orang memanggilnya Esmie. Ia memiliki pengasuh bernama Juliette yang berasal dari Prancis dan kerap menjadi tempatnya bertanya dan belajar bahasa Prancis. Esmie sudah hampir kehabisan ide bagaimana mendapatkan seorang ibu. Hingga suatu ketika, ide konyol itu datang dari pengasuhnya sendiri. Esmie bersama Juliette berencana memasang iklan di kolom Lajang Kesepian koran lokal. Ini adalah ide rahasia mereka, tetapi kemudian Matthew, abangnya yang suka sekali mencari gara-gara, tahu rencana itu dan ikut campur dalam misi mencari ibu.

“Penyanyi (di kamar mandi), detektif, mencari pasangan jiwa untuk bergabung dengannya dalam busa sabun. 43, tinggi, berkulit gelap dengan kaki berbulu, suka musik klasik dan berlatih bahasa Prancis. Mencari wanita yang PSHB…” (PSHB = Punya Selera Humor Bagus, red)

Itulah iklan yang dibuat Matthew yang membuat Esmie marah-marah. Menurut Juliette, itu iklan yang sangat bagus, tapi tidak untuk Esmie. Ia merasa Matthew telah mengacaukan semua rencananya. Seharusnya iklannyalah yang ada di koran itu, bukan iklan Matthew. Dan, apa yang dikhawatirkan Esmie berikutnya pun terjadi. Pesan demi pesan suara dari para wanita yang membaca iklan itu pun masuk bergiliran di kotak penerima mereka. Sebagian besar adalah wanita aneh, tak sedikit yang konyol.

Suatu hari, ada sebuah pesan suara yang terdengar cukup menarik. Menurut Esmie dan Matthew, sepertinya ia wanita yang baik. Namanya Elizabeth. Ia juga menyukai musik klasik dan lancar berbahasa Prancis. Esmie, Matthew dan Juliette akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah janji pertemuan untuk Dad, ayah Esmie, dan Elizabeth saat makan siang di sebuah restoran Prancis tanpa sepengetahuan mereka berdua.

Karena satu dua kesalahan teknis, rencana mereka tak berjalan mulus. Elizabeth justru bertemu secara tak sengaja dengan Dad di restoran itu di waktu janji ketemu mereka. Sepertinya Dad menyukai Elizabeth, tapi tetap saja ia tidak tahu kalau itu adalah wanita yang menjadi rencana Esmie dan abangnya. Beberapa hari berjalan lancar, hingga suatu ketika, saat harapan Esmie akan menjadi kenyataan, semuanya terbongkar. Elizabeth dan Dad marah sekali sampai-sampai membuat Elizabeth pergi begitu saja. Apakah hubungan mereka berhasil? Akankah Esmie berhasil mendapatkan Elizabeth sebagai ibu barunya ataukah justru wanita lain?

Ide novel ini cukup unik. Terjemahannya juga sangat mengalir dan bagus. Enak dibaca. Dan, yang terpenting, ada banyak hikmah moral yang bisa dipetik di dalamnya, bahwa:

  • Setiap anak pasti akan merindukan sosok seorang ibu untuk menjadi tempatnya bercerita, berkasih sayang, mengadu, dan melakukan segala hal yang bisa dilakukan bersama seorang ibu. Maka, bagi yang ibunya masih ada, cintailah ibu kita. Bagi yang sudah tidak memiliki ibu, jangan bersedih, sebab di luar sana juga banyak anak yang senasib atau bahkan lebih buruk kondisinya dari kita.
  • Memiliki ibu tiri, tetapi ibu tiri yang baik, juga tidaklah buruk. Tak semua ibu tiri itu jahat seperti yang sering digembar-gemborkan sebuah lagu. Tapi tentu saja, usaha untuk mendapatkan ibu tiri itu juga sebaiknya harus dengan usaha yang benar, yang baik.
  • Anak-anak adalah perekam dan pengikut yang loyal. Maksudnya, saat kita mencetuskan ide tanpa penjelasan apa pun, anak-anak akan menelan mentah-mentah dan, siapa yang akan tahu jika ide itu serta-merta diwujudkannya dalam tindakan nyata? Jadi, saat berbicara pada anak-anak, sebaiknya kita memang bicarakan saja hal yang positif dan baik-baik.

Bagi anak-anak, sebaiknya membaca buku ini juga didampingi orang tua agar bisa memberikan penjelasan yang lebih baik.

Ada satu kalimat dari Juliette yang sangat bagus dan berkesan bagi kita semua—para anak—yang terkadang menuntut kesempurnaan dari para ibu.

“…Orang yang berbeda bisa mengisi kekosongan itu sedikit di sana-sini, tapi tak ada yang bisa menjadi ibu sempurna yang ada di dalam mimpi-mimpimu.”

“Bahkan jika kemudian kau memiliki ibu tiri terhebat di dunia, dia tidak akan sempurna,” Juliette memotongku. “Dan aku tidak ingin kau berharap dia sempurna.”

Dia menghela napas. “Esmie, bahkan jika kau memiliki ibumu yang sebenarnya, dia tidak akan seperti yang kauimpikan. Ibu-ibu yang kita bayangkan dalam pikiran kita selalu sempurna. Bahkan orang-orang yang memiliki ibu pun membayangkan ibu yang sempurna, dan ibu bayangan ini membuat ibu asli mereka sulit untuk melakukan segalanya dengan benar!” (halaman 186-187)

Ya, benar. Tak ada ibu yang sempurna. Bahkan tak ada manusia yang sempurna. Maka, sayangilah ibu kita apa adanya, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap ibu adalah hebat.

Tentang Penulis

Gwyneth Rees adalah seorang penulis buku anak yang cukup terkenal asal Inggris. Buku The Mum Hunt ini, yang menjadi bagian dari empat serial Esmie, bahkan memenangkan Red House Children’s Book Award untuk Young Readers di tahun 2004.

Buku anak lainnya yang pernah ditulis oleh Rees adalah Something Secret (1995), My Mum’s from Planet Pluto (2004), The Making of May, The Rani series (3 buku), The Fairy Dust series (6 buku), The Esmie series (4 buku), dan The Cosmo series (3 buku).