kripikJudul: Kripik untuk Jiwa
Penulis: Nur Muhammadian
Penerbit: Ash-Shaff
ISBN: 979-26-1933X
Tebal: 85 hal
Dimensi: 11 x 18cm
Tahun terbit: Juni 2012
Cetakan: ke I
Genre: Nonfiksi, Inspirasional, Motivasi
DDC: 155.2
Rating: 4/5

Unik. Itu kesan pertama yang saya dapatkan ketika melihat fisik buku ini. Sesuai judulnya, gambar sampul dibuat sedemikian rupa persis bungkus kripik. Ada komposisi, keterangan netto, bahkan label yang mirip label halal MUI. Tidak berhenti sampai di situ, nuansa kripik masih berlanjut di bagian dalam buku. Ada “Kesan Sang Penguji Rasa” dan “Pesan Sang Peracik” sebagai lembar pengantarnya, juga “Aneka Pilihan Kripik” sebagai daftar isinya. Tidak hanya unik, buku ini memang bergizi, sesuai dengan tagline-nya “Renyah Dibaca, Bergizi & Gurih Maknanya” sebagai penegas bahwa buku ini tepat untuk dijadikan cemilan sehat bagi jiwa.

Latar belakang penulis yang aktif di dunia NLP (Neuro-linguistic programming) sangat kental saya rasakan di setiap lembar buku ini. Saya yakin, Nur Muhammadian meracik buku ini dengan segenap hatinya, sebab saya merasakan kekuatan itu di dalamnya. Seperti kisah tentang kacamata yang diraciknya. Pernahkah Anda menyadari bahwa setiap harinya kita ternyata memakai kacamata yang kotor? Dari buku inilah saya menyadari hal itu lewat kisah seorang nenek yang selalu ribut tentang kebersihan. Bahwa apa-apa yang dilihatnya selalu kotor, berdebu, dan tidak sesuai dengan yang ia mau. Ketika kakek membersihkan kacamatanya, barulah sang nenek melihat segalanya lebih bersih. Kisah sepasang kakek dan nenek ini sama seperti cara kita memandang dunia ini, bahwa sebenarnya dunia ini selalu indah, kacamata kitalah yang membuatnya terlihat berlawanan.

Ada juga kisah tentang dua anak anjing yang baru dilepas induknya ke dunia luar. Yang satu sangat gembira, sedangkan yang lain sangat khawatir. Alhasil, mereka berdua mendapatkan pengalaman berbeda, walaupun berada di tempat yang sama. Sama seperti kita yang sering mengalami hal-hal dalam hidup, padahal apa yang dialami sama seperti yang dialami orang lain, tetapi mengapa hasil yang diperoleh berbeda-beda?

“Apa yang kita terima adalah pantulan dari apa yang kita pancarkan” (halaman 26)

Nur Muhammadian juga menyelipkan humor di racikannya, seperti pada kisah lampu dan korek api. Paijo diminta ibunya membeli bola lampu, tetapi ketika dicoba di rumah, lampu tersebut tidak menyala.

“Lain kali dicoba dulu dong! Kalau mati seperti ini bagaimana? ‘Kan barang yang sudah dibawa pulang tidak boleh dikembalikan!” Ujar ibunya.

Beberapa hari kemudian, Paijo disuruh ibunya membeli korek api. Teringat akan pesan ibunya, Paijo lalu mencoba semua batangan korek api yang dibelinya. Setelah semua menyala, ia merasa puas dan senang, bahwa korek api yang ia beli tidak rusak. Lalu ia memasukkan batangan itu kembali ke kotaknya dan pulang sambil membayangkan pujian yang akan diterimanya dari sang ibu. Siapa yang salah?

“Hentikan mencari siapa yang salah! Cari cara melakukan yang lebih baik.” (halaman 41)

Ada 40 artikel renyah yang diracik Nur Muhammadian dengan bahasa yang lugas. Kisah-kisah ringan di dalamnya tidak membuat saya harus berpikir berat atau menganalisa secara mendalam, justru sebaliknya, sangat ringan, seringan mengunyah kripik sebanyak satu bungkus, tapi tidak membuat kekenyangan, pas.

Buku ini benar-benar sarat hikmah. Berbeda dengan buku motivasi umumnya yang pernah saya baca, biasanya buku motivasi akan dipenuhi berbagai konsep teori ataupun kata-kata bijak menggugah -terkadang agak melangit- yang setelahnya seringkali menguap di makan waktu, tetapi tidak dengan buku ini. Buku ini sangat sederhana, tetapi mengena. Ulasan-ulasan yang diangkat adalah realita yang sehari-hari dialami manusia. Setiap kali saya membaca racikan dengan judul yang berbeda, setiap kali itu pula saya mengangguk, tersenyum, mengevaluasi, bahkan mencoba langsung apa yang dituliskan. Saya seakan berkomunikasi dengan buku ini.

Lewat buku ini pula saya belajar melihat ke dalam diri dan pikiran, sudahkah saya bahagia? Sudahkah hidup saya efektif? Buku ini mengajak pembaca untuk hidup lebih efektif dan bahagia, serta bermakna dan membahagiakan. Buku ini juga membuka block berpikir kita, bahwa kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Tidak perlu bersusah-payah mencarinya jauh-jauh, tidak perlu membayangkan lama-lama ke masa yang akan datang, sebab ia ada di sekitar kita, saat ini, di antara beban masalah yang kita hadapi.

“Bawa beban sesuai kebutuhan, selebihnya letakkan dulu. Rencanakan isi pikiran mana saja yang akan digunakan, atau masalah mana saja yang akan diselesaikan, sisanya letakkan dulu.” (halaman 48)

Nyaris tak ada kekurangan yang berarti saya temui, kecuali sedikit kesalahan penulisan dan EYD. Sungguh sangat disayangkan jika penerbit mayor enggan melirik buku ini, sebab saya yakin buku ini bisa menjadi best seller di antara buku-buku inspirasional dan motivasi lainnya. Tak tanggung-tanggung, bahkan yang memberikan pengantarnya adalah seorang licensed master trainer of NLP pertama di Indonesia dan Asia Tenggara sekaligus CEO NLP Indonesia, Hingdranata Nikolay.

Buku ini layak menjadi buku saku yang dibawa-bawa, seperti cemilan yang bergizi, membuat jiwa dan pikiran lebih sehat. Kriuuukkk!

“Jadilah diri sendiri bila itu membuat anda bahagia dan membahagiakan. Bila tidak, berubahlah menjadi diri sendiri yang lebih baik dan bahagia.” (halaman 2)

***

Penulis juga menyediakan versi digital dari buku ini yang bekerjasama dengan komunitas menulis PNBB. Anda bisa mengunduhnya di sini sebagai sampel.

Info Pemesanan:
Berhubung buku ini belum beredar di toko buku, hanya dipasarkan secara indie juga, maka bagi yang berminat bisa langsung menghubungi bapak Akung Krisna via inbox FB di http://facebook.com/krisna.wijaya1 atau SMS ke 08161175074, Pin BB : 21DFF421