Judul: Seri Koki-Koki Cantik Dish 03: Titik Didih
Judul Asli: Dish 03: Boiling Point
Penulis: Diane Muldrow
Alih Bahasa: Judica Ratauli
Penerbit: PT Grasindo
ISBN: 979-732-572-5
Tebal: 158 hlm
Tahun terbit: September 2005
Cetakan: Kedua
Genre: Fiksi Anak, Fiksi Kuliner
Rating: 3/5
Liburan musim panas kali ini, si kembar Molly dan Amanda Moore, Shawn dan Peichi sudah memiliki rencana seru untuk mengisi waktu. Yup, bisnis masak, yang mereka beri nama Dish. Berawal dari hobi masak dan suka kumpul bareng, mereka berempat akhirnya memutuskan untuk serius menjalani bisnis masak tersebut dan mulai menerima banyak pesanan. Awalnya semua berjalan lancar, namun tiba-tiba semua hal berbalik menjadi sesuatu yang tidak diharapkan dan kacau-balau.
Shawn mendadak harus ke rumah neneknya, Nenek Ruthie, di Carolina Selatan selama sebulan. Itu artinya Dish harus kehilangan satu tenaganya. Ditambah Molly dan Peichi yang kena skors oleh orangtuanya akibat perjalanan terlarang mereka ke Pecinan sehingga mereka tidak bisa ke mana-mana. Padahal, Dish sedang menerima dua pesanan yang cukup banyak dalam waktu bersamaan. Tinggallah Amanda yang bingung dan kalang kabut. Ia harus pergi berbelanja sendirian dan Dish kekurangan dua orang tenaga karena Peichi tidak bisa keluar rumah. Belum lagi masalah lainnya yang juga menimpa Dish; pelanggannya yang tidak membayar jasa mereka dan misteri liontin kuno yang menimpa keluarga Peichi hingga melibatkan komplotan pencuri barang antik dan detektif.
Oh, masalah tersebut benar-benar membuat Amanda sampai pada titik didihnya! Bagaimana mereka mengatasi masalah-masalah tersebut? Apakah impian Amanda dan teman-temannya di Dish harus kandas akibat masalah yang ada? Di seri ini, Dish benar-benar sedang diuji kedewasaan dan mental bisnisnya. Apakah mereka berhasil atau tidak, semuanya bergantung pada bagaimana Amanda mengambil keputusan di saat-saat genting.
Novel ini merupakan novel ringan yang karakter tokoh-tokohnya cukup unik. Cocok dibaca oleh para remaja karena berisi banyak sekali pesan moral tentang persahabatan, sosial dan keluarga. Juga mengandung pengetahuan tentang memasak dan bisnis masak kecil-kecilan yang bisa dijalankan oleh anak-anak berusia 11 tahun ataupun remaja. Memang, bagi pembaca anak-anak, ada beberapa hal yang perlu bimbingan orangtua, misalnya ketika Amanda yang akhirnya berbohong karena berusaha menutupi kesalahan Molly saat ke Pecinan. Atau cara berbusana Amanda yang mengikuti mode dan sebagainya. Hal-hal seperti itu menurut saya masih perlu arahan dari orangtua jika si anak membaca buku ini. Jadi pembaca anak-anak bisa banyak belajar hal yang benar dan salah lewat buku yang dibacanya.
Ada satu hal yang agak mengganggu sedikit bagi saya yaitu dari segi terjemahannya. Sebenarnya terjemahannya bagus sih, tidak ada yang aneh atau kaku. Hanya saja tidak seperti buku-buku terjemahan lainnya, buku ini justru menyisipkan gaya berbicara atau berbahasa ‘gaul’ orang Indonesia. Misalnya seperti kata-kata nggak, deh, ngehasilin, dan banyak lagi yang lainnya. Menurut saya, gaya berbicara seperti itu agak sedikit kurang pas diterapkan di novel terjemahan seperti ini karena bisa menghilangkan ‘aroma’ khas asingnya atau atmosfer lingkungan Amerikanya. Tapi mungkin itu ditujukan agar pembaca Indonesia lebih menikmati ceritanya ya, secara pembaca buku ini kemungkinan besar adalah para remaja. Biar lebih membumi barangkali. Jadi untuk poin ini, saya rasa tidak terlalu berpengaruh.
Bagian yang paling saya suka dari buku ini adalah aneka resepnya yang terdengar lezat dan mudah diaplikasikan. Ada banyak resep yang diberikan oleh empat sekawan Dish dan juga Nenek Ruthie di halaman akhir novel ini, termasuk beberapa tips memasak. Seru deh! 😀
Gambar di atas adalah contoh salah satu resep yang disuguhkan oleh Molly, resep Ayam Bumbu Rempah dan Teriyaki. Aih, pengen coba deh jadinya. Masih ada resep-resep lainnya lagi di buku ini. Kapan-kapan saya tulis semua resep yang ada di postingan lain untuk lampiran di Jelajah Buku.