Judul: Junie B. Jones and a Little Monkey Business
Penulis: Barbara Park
Penerbit: Random House
ISBN: 978-0-679-83886-9
Tebal: 74 halaman
Tahun terbit: 1993
Bahasa: Inggris
Genre: Fiksi Anak
Rating: 3/5

Junie B. Jones kali ini berhadapan dengan urusan per-monyet-an. Apa? Monyet? Iya, monyet. Pasalnya, semua ini gara-gara grandma yang memanggil adik Junie B. yang baru lahir dengan sebutan Little Monkey. Maksud sang nenek adalah bayinya lucu, tapi Junie B. memahaminya sebagai monyet betulan.

Kita tahu sendirilah, ya, kalau karakter Junie B. yang pantang tak top ini sudah pasti langsung heboh mengumumkan ke teman-temannya bahwa adiknya itu monyet kecil.

Bisa ditebak apa yang terjadi? Kegaduhan apa yang dibuat oleh Junie B. Jones sampai-sampai membuatnya dipanggil oleh kepala sekolah? Apa Junie B. Jones akan mendapatkan hukuman?

Belajar Idiom dari Seri Junie B. Jones

Salah satu topik yang diangkat di novel seri kedua Junie B. Jones ini adalah pengaruh idiom bagi anak-anak.

Idiom atau ungkapan sering kali belum bisa dimengerti anak-anak seperti halnya orang dewasa pahami. Sudah lazim anak-anak akan memahami dengan polos seperti apa adanya yang disampaikan. Kita bilang A, maka yang ditangkap oleh mereka juga A, bukan A+.

“Sometimes adults say things that can be very confusing to children. Like what if you heard me talking about a lucky duck? You might think I was talking about a real live duck. But lucky duck just means a lucky person.” (halaman 63)

Anak-anak adalah perekam ulung. Mereka sangat mudah meniru apa yang dilihat dari orang dewasa, terutama orang-orang terdekat atau di lingkungan sekitarnya.

Keistimewaan ini, kalau tidak dipantau, akan berpotensi menimbulkan dampak negatif. Kita tak akan pernah tahu apa yang bisa mereka lakukan. Orang dewasa memang harus lebih berhati-hati ketika berbicara atau bersikap di depan anak-anak. Memilah-milah kata atau kalimat untuk disampaikan ke anak mungkin sebuah langkah preventif yang cukup bijaksana.

Terkait idiom, dengan menjelaskan makna idiom yang sebenarnya, anak-anak pastinya akan mendapatkan pengetahuan baru yang membuat kosakata mereka lebih kaya. Jika tidak dijelaskan, siap-siap saja si anak mungkin akan menimbulkan hal-hal konyol seperti si Junie B. ini. Hi hi hi.

Seperti buku pertamanya, kekurangan buku ini lebih kepada keterbukaan penulis dalam menggunakan kata-kata cemooh atau keluhan yang sebenarnya agak sedikit kasar dan kurang cocok dengan budaya ketimuran. Karakter tokoh utamanya, Junie B. Jones, yang blak-blakan, selebor, semaunya, dan sedikit kasar mewarnai hampir sebagian besar alur cerita.

Saya berprasangka baik, mungkin maksud penulis agar ceritanya lebih natural dan menunjukkan dunia anak-anak apa adanya. Bisa jadi penggunaan kata-kata ejekan yang kurang pas itu memang untuk menjadikannya contoh pelajaran supaya tidak ditiru atau sebagai bahan diskusi saat belajar.

Yang pasti buku ini sangat menarik untuk dibedah oleh para orangtua.