Judul: The Return of Arsene Lupin Misteri Segitiga Emas
Judul Asli: The Golden Triangle: The Return of Arsene Lupin
Penulis: Maurice LeBlanc
Alih Bahasa: Dina Begum
Penyunting: Muthia Esfand
Penerbit: Visimedia
ISBN: 979-065-171-6
Tebal: 528 hlm
Tahun terbit: Maret 2013
Cetakan: Pertama
Genre: Fiksi Misteri, Fiksi Detektif
Rating: 4/5
Pernahkah Anda membayangkan seberapa banyak seribu delapan ratus kantong emas itu, yang tiap kantongnya memiliki berat 50 kg emas? Itulah emas-emas yang sedang diburu oleh banyak pihak kali ini, termasuk pemerintah Prancis, Inggris, Turki dan Mesir. Nilainya mencapai miliaran franc! Emas-emas itu disimpan di suatu tempat oleh Mr. Essares Bey—seorang tokoh ternama di dunia keuangan dan perbankan—dan akan diselundupkan ke luar Prancis bersama komplotannya. Rencana licik ini mau tak mau menyeret Kapten Patrice Belval untuk terlibat di dalam konflik. Pasalnya Coralie, wanita yang disukainya sekaligus perawat yang pernah merawat kakinya saat patah, terancam bahaya, setelah sebelumnya upaya penculikan Coralie berhasil digagalkan Patrice. Penculikan itu ternyata membawa Patrice dan Coralie pada konflik-konflik susulan yang tak kalah berbahayanya.
Kapten Patrice adalah seorang veteran perang yang kakinya harus diamputasi dan kini tidak sempurna lagi. Dan yang lebih mengejutkan lagi, belakangan Patrice mengetahui kenyataan bahwa Coralie ternyata adalah istri Mr. Essares! Belum selesai dengan keterkejutannya itu, sebuah pecahan liontin kecubung peninggalan masa kecil Patrice rupanya memiliki keterkaitan dengan pecahan milik Coralie, yang bentuknya saling melengkapi. Sayangnya, satu-satunya orang yang mungkin mengetahui masa lalu mereka, Mr. Essares, ditemukan tewas di ruang kerjanya dengan menyimpan kumpulan foto Patrice dan Coralie dari sejak kecil di balik bajunya. Tak hanya itu, Patrice menemukan banyak sekali ukiran namanya dan Coralie di dinding dan taman rumah Essares. Ada kaitan apa sebenarnya antara Essares, Patrice dan Coralie di masa lalu?
Misteri ini semakin membingungkan. Ditambah lagi misteri keberadaan segitiga emas yang masih belum terpecahkan. Sedangkan Simeon tua, orang kepercayaan Essares yang diharapkan informasinya, tiba-tiba menjadi gila dan paranoid. Patrice dan temannya, Ya-Bon, berusaha untuk memecahkan kasus tersebut. Tapi sayang, suatu hari, Patrice dan Coralie terkurung di sebuah ruangan tertutup. Mereka hampir saja terbunuh oleh gas yang sengaja dilepaskan seseorang. Saat merasa ajal hampir menjemput, mereka malah menemukan sebuah rahasia yang tidak terduga tentang masa lalu kedua orangtua mereka. Rahasia apakah gerangan? Lalu siapa yang mencoba membunuh mereka di sana? Dan di mana pula si Arsene Lupin, pencuri aristokrat yang legendaris itu? Apakah segitiga emas itu berhasil ditemukan?
“Kebenaran yang paling rumit selalu sangat sederhana!” (Arsene Lupin)
Sebagai penyuka cerita detektif dan sejenisnya, seri Arsene Lupin tentunya juga masuk ke dalam daftar bacaan favorit saya. Aksinya yang cepat, tepat dan penuh perhitungan membuat pembaca terlena dan tidak menduga sama sekali langkah-langkah yang akan ditempuhnya. Tahu-tahu saja dia sudah ada di sana dan memecahkan semua misteri. Meskipun aksi Arsene Lupin di dalam novel ini muncul di bagian akhir-akhir, tetapi kesan yang ia timbulkan sangatlah kuat sehingga novel ini akan terasa kurang utuh tanpanya.
Misteri Segitiga Emas adalah buku kesembilan dari serial Arsene Lupin. Di novel ini diceritakan bahwa sosok tokoh utama kita tersebut kembali lagi, setelah di seri sebelumnya beredar rumor bahwa Arsene Lupin meninggal dunia akibat terjun bebas ke laut lepas.
Seperti umumnya yang terjadi di dalam kisah detektif dan sejenisnya, seorang pencuri, yakni si tokoh utama, kerap menjadi sekaligus detektif dan problem solver bagi konflik cerita. Mungkin hanya istilahnya saja pencuri, namun pada perjalanannya, tokoh seperti itu sering digunakan untuk melakukan tugas-tugas negara. Yah, walaupun sebutan pencuri tetap saja seorang pencuri, apa pun latar belakang ia melakukannya, namun di kebanyakan kisah-kisah sejenis ini, seorang pencuri seperti Arsene Lupin kemudian menjadi semacam pahlawan. Inilah uniknya seorang penulis yang mampu menyusun narasi begitu apik hingga mampu mengubah persepsi pembaca akan sesuatu. Saya katakan penulis semacam ini adalah penulis yang ‘berbahaya’ dan ‘gila’ (dalam tanda kutip lho hehe), dan salah satunya adalah Maurice LeBlanc, si pencipta karakter Arsene Lupin. Dibandingkan karakter teman seprofesinya, Raffles, saya lebih menyukai karakter Arsene Lupin karena karakternya unik dan membekas lebih kuat.
Dari segi terjemahannya, seperti biasa, Visimedia lagi-lagi membuat versi Indonesia novel ini menjadi sangat mudah dinikmati, tidak kaku, dan bahasanya ‘nyaman’ sekali dibaca. Novel setebal 528 halaman ini tak terasa dengan cepat saya tamatkan. Bintang empat dari lima pun rasanya cukup pantas.
Trackbacks/Pingbacks