Judul : Cermin Muslihat
Judul Asli: The Book of Mirrors
Penulis : E.O. Chirovici
Penerjemah : Dina Begum
Jumlah halaman: 328 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2017
ISBN : 978-602-03-5127-8
Genre: Thriller, Fiksi Misteri, Fiksi Psikologi
Rating: 3/5

“Ingatan bisa membunuh.” Pernyataan yang ada di sampul belakang novel bergenre thriller ini tentunya bukan tanpa alasan disematkan di sana. Realitanya, terkadang memang ingatan bisa mengarahkan seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan ekstrem.

Ingatan tentang perlakuan bullying atau kekejaman seseorang, ingatan tentang kehidupan yang serba sulit hingga nyaris membuat seseorang putus asa, atau beragam rasa lainnya yang muncul karena ingatan terhadap sesuatu seringkali berpotensi membuat orang lupa diri.

Dan, akibat ingatan seseorang pulalah, si tokoh utama dalam novel kita ini harus menanggung beban jiwa selama berpuluh tahun lamanya hingga menghembuskan nafas terakhirnya.

Peter Katz, seorang agen yang bekerja di penerbitan, menerima sebuah email yang tidak biasa dari Richard Flynn, orang yang pernah menjadi tersangka pembunuhan Profesor Wieder yaitu salah satu profesor kawakan di bidang ilmu psikiatri di Princeton.

Di dalam emailnya tersebut, Flynn memberikan naskah memoar yang memuat kisahnya 27 tahun yang lalu. Kisah ketika masa-masa dirinya bekerja pada Profesor, bertemu dengan wanita yang disayanginya, juga antusias dirinya terhadap pekerjaan yang dijalani.

Flynn sejak muda ingin sekali bisa menerbitkan buku. Tapi, yang menjadi inti dari naskahnya itu sebetulnya adalah identitas tiga orang penting yang berada di rumah Profesor saat malam pembunuhan yang detailnya luput dari penyelidikan polisi saat itu, yaitu; Richard Flynn, Laura Baines, dan Derek Simmons.

Flynn memulai kisahnya dari perkenalannya dengan Laura Baines yang kemudian menjadikannya akrab dengan Profesor Wieder. Flynn bekerja di perpustakaan pribadi Profesor sebagai tenaga lepas guna mengisi waktu sampingannya ketika kuliah. Ia sangat menyukai kesibukan barunya itu. Sesekali Flynn dan Profesor berdiskusi tentang psikologi atau sekadar minum bersama. Terkadang mereka beradu argumen tentang sesuatu.

Profesor berencana akan menerbitkan sebuah buku yang fenomenal dan Laura membantunya dalam hal ini. Namun sayang, pada suatu malam, terjadi pertengkaran mulut antara Flynn dan Profesor. Flynn kemudian meninggalkan rumah Profesor dan pulang ke kontrakannya.

Keesokan harinya, Profesor ditemukan tewas oleh Derek Simmons, orang yang memiliki kelainan psikis yang ditolong oleh Profesor dan menjadi asisten bersih-bersih di rumahnya. Kejadian itu menggemparkan Princeton. Karena Flynn berada di waktu yang tidak tepat, ia pun menjadi tersangka dari kasus itu.

Menghadapi tuduhan sebagai tersangka pembunuhan, ditambah beban perasaan yang hebat karena menyadari bahwa Laura telah menipunya dan meninggalkannya tanpa kabar, Flynn seolah berada pada masa tergelapnya. Di kemudian hari, berita menyebutkan bahwa pelaku pembunuhan Profesor telah ditangkap. Flynn bebas dari tuduhan.

Di dalam naskahnya, Flynn memaparkan fakta-fakta lain yang tidak terungkap saat penyelidikan, juga hipotesanya terhadap siapa pelaku pembunuhan yang sebenarnya. Sayangnya, naskah Flynn yang diterima oleh Peter Katz hanyalah bagian pertama dari naskah utuh. Sebelum Katz menerima bagian kedua naskah tersebut, Flynn lebih dulu meninggal dunia dikarenakan sakit.

Berbekal naskah yang belum jadi tersebut sebagai acuan dasar penyelidikannya, Katz bersama partnernya John Keller kemudian mulai menjumpai satu demi satu nama-nama yang disebutkan di naskah, termasuk detektif yang melakukan penyelidikan kasus tersebut 27 tahun yang lalu.

Berbagai fakta baru bermunculan dan beberapa keganjilan dan kecurigaan mengarahkan perjalanan mereka kepada dua nama potensial yang salah satunya adalah pelaku pembunuhan yang sebenarnya.

Siapa sebenarnya pembunuh yang dimaksud? Dan pada akhirnya, hipotesa Richard Flynn di dalam naskahnya runtuh seketika karena satu fakta kecil yang tertutupi.

Cukup menarik membaca novel ini, karena saya merasa digiring pada karakter tiap tokoh hingga kita merasa bahwa dialah pelakunya. Tetapi kemudian, fakta-fakta yang berbeda juga menggiring kita untuk berpikir bahwa nama lainnya juga memiliki kemungkinan yang sama besarnya sebagai pelaku pembunuhan.

Saya sampai tidak sabar untuk terus membaca kisahnya sampai akhir dan menemukan siapa pelakunya. Dan yang pasti, saya merasa kasihan terhadap Flynn yang pergi membawa semua kemarahan dan kesedihannya dan naskah yang tidak akan pernah terbit.

The Book of Mirrors ini diterjemahkan oleh Dina Begum yang hasil terjemahannya sangatlah nyaman dibaca. Ditulis oleh Eugen Ovidiu Chirovici, seorang penulis asal Rumania yang juga menjalankan koran harian nasional dan channel berita televisi di Rumania, novel ini dibagi menjadi tiga bagian utama berdasarkan sudut pandang tiga tokoh; Peter Katz, John Keller, dan detektif yang menyelidiki kasus pembunuhan Wieder yaitu Roy Freeman.

Meskipun demikian, tiap bagian terasa sekali perbedaan karakternya. Dan plot twist yang diselipkan penulis di novel ini juga membuatnya semakin menarik.

Novel ini lumayan enak dibaca dan menarik, tetapi sayangnya bukanlah termasuk novel yang benar-benar luar biasa sekali seperti yang digadang-gadang di dalam blurb, menurut saya. Awalnya saya tertarik karena membaca blurbnya bahwa novel ini dikatakan sebagai fenomena global dan telah terjual di lebih dari 38 negara di dunia.

Dan agak sedikit kurang greget saat membacanya sebagai genre novel thriller karena sedikitnya ketegangan atau aksi di dalamnya seperti thriller pada umumnya. Barangkali lebih tepat jika memasukkan novel ini ke dalam genre psikologi. Tapi secara keseluruhan, novel ini lumayan menarik.

Satu hal yang saya pelajari dari novel ini, bahwa ingatan seseorang sejatinya tidak ada yang hilang. Kadang kita melupakan satu masa dalam hidup kita karena kita tidak ingin mengingatnya.

Di lain waktu, ingatan itu akan muncul seiring situasi yang ada. Dan terkadang, kita mengingat dengan jelas masa kecil kita, padahal bisa jadi itu bukanlah ingatan kita seutuhnya, melainkan ada porsi hasil imajinasi dari gambaran yang disampaikan orang lain kepada kita tentang situasi kala itu.

Di dalam dunia psikologi, hal-hal yang berkaitan dengan ingatan atau bagaimana pola ingatan kita dibentuk tentunya pastilah ada pembahasannya. Novel ini berangkat dari latar keilmuan psikologi tersebut. Di dalamnya, penulis menyelipkan tema-tema terkait ingatan atau faktor kejiwaan seseorang. Dan sangatlah unik mengetahui bahwa ingatan bisa mempermainkan kita.

“Anda pikir Anda melupakan sesuatu—peristiwa, seseorang, situasi—dan mendadak Anda sadar ingatan itu selama ini terkurung di ruangan rahasia di otak Anda dan selalu ada di sana, seakan-akan baru kemarin terjadi.

Rasanya seperti membuka lemari tua penuh sampah, dan yang harus dilakukan hanyalah menggeser satu kardus atau satu benda lalu seluruh isinya menghujanimu.” (halaman 12)

Peringatan: novel ini mengandung beberapa adegan dewasa.