Judul: The Illustrated History of Torture from the Roman Empire to the War of Terror
Penulis: Jack Vernon
Penerbit: Carlton Books Limited
Tahun terbit: 2011
Tebal: 63 halaman
ISBN: 9781847328380
Genre: Nonfiksi, Sejarah
Rating: 4/5

Mendengar istilah penyiksaan umumnya membuat bulu kuduk kita merinding, membayangkan betapa mengerikannya sebuah siksaan, terlepas dari apa penyebabnya. Jangankan melihat visualnya di layar kaca, membaca gambaran adegannya di dalam sebagian buku-buku fiksi sejarah atau thriller saja terkadang memunculkan atmosfer kengerian bagi kita, si pembaca, konon lagi menyaksikannya secara langsung.

George Ryley Scott mengemukakan di dalam bukunya yang berjudul The History of Torture Throughout the Ages bahwa tidak ada batasan baku dari istilah penyiksaan. Menurut sejarahnya, dahulu umumnya penyiksaan ditempuh sebagai metode dari sebuah hukuman.

Secara defenitif, penyiksaan adalah bentuk kekejaman atau metode menyiksa yang disetujui oleh Negara dan dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk melalui otoritas peradilan. Tentu saja timbul pro dan kontra atas isu penyiksaan ini dari zaman ke zaman.

Dulu, penyiksaan yang mengerikan sekalipun dianggap benar karena digunakan peradilan untuk membuat seorang tersangka mengakui kesalahannya atau seorang saksi menceritakan kesaksiannya.

Namun kemudian istilah penyiksaan ini bisa terlalu luas atau terlalu sempit. Terkadang penyiksaan yang terlalu sadis menjadi pembenaran ketika disebut hukuman. Dan sebaliknya, hukuman yang ringan pun dapat dianggap sebagai siksaan psikologis.

Tapi, terlepas dari itu semua, penyiksaan umumnya diikuti oleh kematian atau setidaknya kekejaman, penderitaan dan rasa sakit.

“The purpose of torture is not getting information. It’s spreading fear.” (Eduardo Galeano)

Beranjak dari defenisi tersebut, buku ini, The Illustrated History of Torture – From the Roman Empire to the War on Terror, memuat berbagai jenis penyiksaan yang pernah ada di dunia, sejak masa Romawi kuno hingga era modern saat ini.

Sejujurnya, saya cukup nekad dan memberanikan diri untuk membacanya karena saya sangat penasaran dengan isinya. Ketika membelinya dulu di ajang buku murah Big Bad Wolf, saya langsung tertarik dengan judul dan wujud fisiknya yang cukup unik.

Saya pikir buku ini pasti bagus dan isinya penuh wawasan baru bagi saya. Dan syukurnya saya tidak kecewa. Buku singkat dan padat berbahasa Inggris ini cukup membuat saya terkesan.

Ada lebih dari 25 jenis siksaan yang dijelaskan di buku berilustrasi yang ditulis oleh Jack Vernon ini. Lembar demi lembarnya berisi cuplikan aneka siksaan yang diterapkan di berbagai negara dan masa berikut dengan penjelasan berbagai latar belakang mengapa siksaan tersebut dilakukan. Mulai dari yang paling sederhana seperti pemukulan, hingga yang sangat sadis seperti mutilasi, dikuliti, direbus, dipanggang, disalib, atau digergaji.

Selain siksaan-siksaan yang umum kita pernah tahu atau dengar, terdapat juga jenis siksaan yang tak lazim. Sebagai contoh, scaphism, yakni jenis siksaan kuno Persia di mana korban diikat di dalam perahu lalu ditutup dengan perahu yang lain, hanya menyisakan kepala dan kakinya saja di bagian luar. Korban kemudian diberi makan madu dan susu, juga dilumuri di sekujur tubuhnya madu dan susu.

Dibiarkan di ruangan terbuka seperti itu, berbagai serangga seperti lebah, semut, dan lalat mengerubunginya, menggigitnya. Ini berlangsung cukup lama sehingga luka yang dibiarkan membusuk, juga kotoran korban yang dibiarkan begitu saja akhirnya mengundang datangnya larva pembusuk dan menggerogoti tubuh korban. Korban kemudian dibiarkan menderita sampai mati. Mengerikan ya …

Illustrated History of Torture page 1
Illustrated History of Torture page 2

Ada juga jenis siksaan tak lazim lainnya oleh bangsawan wanita Slovakia bernama Elizabeth Bathory, yang lebih dikenal dengan Iron Maiden, yang telah menyiksa dan membunuh banyak orang menggunakan sebuah tabung yang di dalamnya dilapisi banyak sekali duri atau pisau tajam.

Tak luput siksaan yang dilakukan oleh Vlad Tepes, atau yang biasa kita kenal dengan Vlad Drakula, di mana korbannya ditusuk dengan sula dari tubuh bagian bawah hingga ke atas.

Tidak hanya siksaan ratusan atau ribuan tahun yang lalu, terdapat pula jenis siksaan di masa perang dan era yang lebih modern, termasuk siksaan psikologis, obat-obatan kimia, listrik dan banyak lagi jenis siksaan lainnya yang tak kalah membuat pembaca bergidik.

Tokoh-tokoh yang menjadi pencetus siksaan atau korban terkenal yang pernah disiksa dijelaskan juga di buku setebal 63 halaman ini.

The Illustrated History of Torture begitu gelap. Tak cukup dengan deskripsi yang mengerikan, buku berisi lembaran kertas glossy tebal ini juga dilengkapi dengan amplop-amplop berisi salinan dokumen langka sebagai tambahan fakta, seperti salinan surat, fax, dan sebagainya, serta berbagai ilustrasi berwarna yang cukup membuat badan saya ngilu.

Illustrated History of Torture page 3

Saya tidak menemukan banyak informasi tentang penulis. Apakah penulis memiliki latar belakang kasus penyiksaan, atau seorang psikolog, atau yang lainnya, tak banyak saya temukan, sebab ada beberapa tokoh dengan nama sama yang saya temukan di internet. Tak satu pun penjelasan tentang penulis buku ini.

Namun, dari apa yang saya lihat, penulis menyusun buku hebat ini berdasarkan berbagai data yang ia dapati dari sumber-sumber dan fakta sejarah yang ada.

Tak luput ia juga memasukkan beberapa data yang bisa jadi belum jelas kebenarannya, semacam legenda atau kisah yang diceritakan turun-temurun, terutama pada bagian masa-masa kuno, dan itu bisa jadi juga ada benarnya. Secara keseluruhan, buku ini berisi wawasan baru bagi saya pribadi.

Efek dan Dorongan Psikologis dalam Penyiksaan

Buku ini tidak terlalu banyak memaparkan secara panjang lebar tentang faktor psikologi baik dari sisi si korban maupun penyiksanya. Bagaimana dampak dari penyiksaan tersebut terhadap pelakunya juga tidak dijabarkan. Pembaca hanya akan mengetahui berbagai siksaan yang ada, penyebab dan latar belakang mengapa siksaan tersebut diberikan.

Ini memang cukup memberikan makna baru bagi kita. Siksaan bisa saja muncul karena pelanggaran aturan, bisa jadi juga karena pergolakan politik, pun karena balas dendam. Apa saja bisa menjadi alasan tercetusnya penyiksaan oleh seseorang kepada orang lain.

Meskipun sisi psikologisnya tidak banyak dibahas di buku berilustrasi ini, saya akan mengutip sedikit pembahasan tentang hal tersebut dari bukunya Scott yang berjudul The History of Torture Throughout the Ages, yang banyak mengulas sisi psikologis dari sebuah penyiksaan.

Menurut penjabaran Scott, bahwa penyiksaan individu muncul karena adanya dorongan kepuasan batin bagi si penyiksa atau pihak yang mendukung penyiksaan, terutama karena faktor membalaskan dendam atau menuntut keadilan atas tindakan si korban.

Selain kepuasan, penyiksaan muncul dari adanya dorongan prestise seseorang dalam menunjukkan dominasi kekuasaannya atas orang lain. Penyiksaan juga mewakili ekspresi fisik atas kebencian seseorang.

Penyiksaan di manapun itu dipraktikkan dan apapun objeknya bisa berkembang dan meluas. Umumnya, individu yang menjalani penyiksaan sebagai korban merupakan calon penyiksa potensial karena dampak psikologis yang dirasakannya berpotensi menyimpan bibit dendam dan kebencian.

Maka tak heran jika kita sering mendengar seseorang menyiksa hewan sebagai pelampiasan hanya karena ia sebelumnya pernah mengalami penyiksaan oleh rekannya. Seorang penyiksa bisa saja mengembangkan aneka bentuk siksaan untuk memenuhi kepuasan batinnya.

Ia akan mencoba dari satu metode ke metode yang lain sedemikian rupa sehingga proses penyiksaan semakin menunjukkan superioritasnya dan membuat korban semakin menderita.

Dari banyak kasus, umumnya penyiksaan dilakukan oleh orang-orang yang memang latar belakangnya lekat dengan tindakan kekejaman. Jika bukan sebagai korban secara langsung, mereka adalah orang-orang yang di sekitarnya telah tumbuh subur tindakan kekejaman.

***

Siksaan sejak ribuan tahun lalu telah memunculkan banyak pro dan kontra di kehidupan sosial manusia. Efek dari siksaan yang di luar akal kita terkadang tak cukup untuk menghentikan aktivitas ini bagi sebagian kalangan.

Saya semakin menyadari, betapa hati manusia itu sebuah rahasia yang sangat dalam dan sesuatu yang hebat. Betapa secuil daging itu mampu menanggung beban kekejaman dan sensasi sadis ketika menyiksa orang lain.

Dan dari apa yang digambarkan oleh buku The Illustrated History of Torture from the Roman Empire to the War of Terror ini, pembaca akan memahami satu hal penting, bahwa siksaan dan rasa sakit yang mengerikan bisa jadi lebih buruk daripada kematian itu sendiri.

“When we torture people, even if we win the battle, we’ve already lost the war for hearts and minds. Especially our own.” (Dean Ornish)