Judul: Black Beauty
Penulis: Anna Sewell
Judul Asli: Black Beauty
Alih Bahasa: Nadiah Abidin
Penerbit: Orange Books
ISBN: 978-602-8436-84-7
Tebal: 388 hlm
Tahun terbit: April 2010
Cetakan: ke-1
Genre: Fiksi Klasik, Fiksi Petualangan
Rating: 5/5
Black Beauty merupakan sebuah novel klasik berlatar belakang pertengahan tahun 1800-an yang sangat menawan. Pada masa itu di mana mobil belum ditemukan, kuda menjadi salah satu sarana transportasi masyarakat. Novel ini bercerita tentang kehidupan seekor kuda hitam yang luar biasa bernama Black Beauty dari satu tuan ke tuan yang lain, dari satu tempat ke tempat lain, dari satu perlakuan ke perlakuan yang lain. Suka dan duka telah ia alami sepanjang masa hidupnya. Ia adalah keturunan kuda terbaik dan memiliki tanda bintang putih di kepalanya dengan salah satu kaki yang juga berwarna putih.
Kehidupan kuda cantik ini dimulai dari tanah pertanian Pak Grey. Darkie—nama pertamanya–menghabiskan masa kecil bersama ibunya dengan perawatan yang sangat baik di sana. Karena Darkie sudah mulai remaja dan akan dijual kepada Hakim Gordon, maka ia harus menjalani fase breaking in laiknya kuda tunggangan pada umumnya. Breaking in adalah fase di mana seekor kuda diajarkan dan dilatih untuk memahami kehendak penungganggnya.
Beberapa minggu sebelum berpisah, ibunya pernah berpesan,
“Semakin baik perangaimu, semakin baik perlakuan orang terhadapmu.”
“Masalahnya, seekor kuda tak pernah tahu siapa yang akan membelinya atau siapa yang akan menungganginya. Maka, apapun yang terjadi pada kita, tetaplah lakukan yang terbaik dan jaga nama baikmu.” (halaman 22)
Berbekal nasihat itulah, Darkie memulai perjalanan hidupnya sendirian. Rumah kedua Darkie kini adalah perkebunan Birtwick yang sangat indah dan luas milik Hakim Gordon. Ia pun diberi nama Black Beauty, persis seperti dirinya yang hitam dan cantik. Beruntung bagi Black Beauty, ia mendapatkan pelatih yang juga baik hati bernama John Manly. Hakim Gordon sangat menyukai Black Beauty karena ia pintar dan cermat. Larinya juga sangat kencang. Di tempat tuan barunya ini, Black Beauty menjalani hari-hari yang menyenangkan. Selain mendapat teman baru bernama Merrylegs dan Ginger, peristiwa demi peristiwa berbeda juga telah dialami Black Beauty bersama tuannya. Mulai dari peristiwa kebakaran, jembatan rusak, sampai sang istri tuannya sakit keras. Kondisi nyonyanya memaksa keluarga Hakim Gordon harus pindah ke negara lain. Selanjutnya mau tak mau Black Beauty dan Ginger harus dijual, sementara Merrylegs diberikan kepada keluarga Blomefield.
Rumah ketiganya adalah tanah perkebunan Earlshall. Bersama Ginger, ia mengalami hari-hari yang buruk dan melelahkan selama berbulan-bulan di sana. Istri tuan barunya adalah seorang penggila fashion. Ia lebih suka jika kuda-kudanya tampak anggun sehingga mereka harus mengenakan check rein, semacam penahan kepala agar kepala seekor kuda selalu berdiri tegak. Hal ini menyebabkan kelelahan dan beban yang amat sangat bagi Black Beauty dan Ginger. Puncak dari kejadian ini adalah kecelakaan yang dialami Black Beauty hingga menyebabkan kakinya terluka.
Kini seekor kuda hitam keturunan kuda terbaik telah cacat. Bagi seorang bangsawan, apalagi yang bisa dibanggakan dari seekor kuda cacat? Ia pun berakhir di sebuah pasar kuda. Setiap kali ke pasar, ia selalu berharap bisa mendapatkan tuan yang baik, yang tidak perlu memecutnya, tidak bersikap kejam padanya, dan yang memahaminya dengan sepenuh hati seperti John Manly. Black Beauty merindukan rumah lamanya. Ia pun menjalani berbagai profesi yang berbeda mulai dari kuda penarik kereta, taksi, hingga pengangkut barang. Ia tak tahu sampai di mana akhir perjalanannya. Yang ia yakini hanyalah pesan ibunya untuk melakukan yang terbaik. Akhirnya ia dibeli oleh Jerry, seorang penarik kereta kuda. Bagaimana nasib Black Beauty kemudian? Apakah ia berhasil mendapatkan tuan yang sesuai harapannya? Bisakah ia mendapatkan kebahagiaan seperti hari-hari bahagianya di Birtwick? Ataukah ia juga harus berakhir seperti Ginger yang tenaganya terkuras habis dan mati tertabrak kereta?
“Manusia adalah yang terkuat di antara kita. Saat mereka kejam dan tanpa perasaan, tak ada yang bisa kita lakukan, kecuali bertahan. Lanjutkan perjalanan sampai titik darah penghabisan. Aku ingin semua ini cepat usai. Aku ingin mati saja. Aku sudah lihat kuda-kuda yang mati. Kelihatannya mereka tak menderita lagi. Aku harap aku mati di jalan saat bekerja dan bukan dikirim ke para kolektor.” (halaman 302)
Membaca novel ini akan membuat pembaca mengetahui banyak hal tentang dunia kuda; tentang makanannya, aktivitasnya, intuisinya, kepekaannya, bahkan perasaannya. Menurut saya, Anna Sewell berhasil menyalurkan perasaan kuda kepada pembaca, yang dalam hal ini diwakili oleh karakter Black Beauty, bahwa seekor kuda pun tidak layak diperlakukan tak adil dan semena-mena. Meskipun kuda adalah salah satu sarana transportasi, tetapi ia juga makhluk hidup yang memiliki batas maksimal. Kuda juga memiliki perasaan yang halus dan peka. Bila ia diperlakukan dengan baik, tanpa dipecut pun ia mampu memahami kehendak tuannya. Kuda bukanlah barang habis pakai, yang setelah tidak sempurna lagi, ia bisa dibuang sesuka hati.
Saat membaca kisah hidup Black Beauty ini, saya merasakan kebahagiaannya ketika mendapatkan tuan yang baik. Begitu juga ketika ia mendapatkan tuan yang buruk, rasanya seperti hati ini teriris-iris, perih, sedih. Betapa terlukanya seekor kuda yang diperlakukan buruk. Jangan heran bila suatu saat Anda membaca novel ini, air mata Anda juga akan berurai karena kesedihan dan keharuan seperti saya. Ada banyak pesan moral dan sindiran-sindiran halus di dalamnya tentang perlakuan manusia terhadap hewan. Black Beauty mengajarkan kepada kita bahwa manusia, yang memiliki akal dan kondisi yang lebih sempurna, seharusnya bisa lebih manusiawi kepada hewan dan menyayangi mereka dengan sepenuh hati. Tuhan telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, maka mengapa harus direndahkan dengan kekejaman?
“Setiap makhluk memiliki perasaan. Apa hak mereka menyiksa dan mengubah penampilan dari makhluk Tuhan?” (halaman 68)
“…Tuhan telah memberi manusia akal hingga bisa mengetahui segala sesuatu berdasarkan pengalaman dan pencariannya sendiri. Tapi Tuhan memberi binatang pengetahuan yang tidak bergantung pada akal, yang lebih akurat dan sempurna pada waktu tertentu hingga seringkali bisa menyelamatkan nyawa manusia.” (halaman 83)
Selain novel panjangnya, saya juga menyempatkan diri untuk membaca novel grafisnya yang tipis dan sederhana. Meskipun grafisnya kurang indah, tetapi ceritanya berhasil diringkas dengan cerdas. Untuk ukuran anak-anak, novel grafis ini sudah cukup mewakili kisah Black Beauty. Di bagian belakangnya juga dijelaskan secara ringkas tentang latar novel, sejarah, juga karakter-karakter. Ada juga semacam kuis atau games ringan untuk anak-anak.
Anna Sewell adalah putri dari Mary Wright Sewell, seorang penulis cerita anak-anak yang sukses. Ia pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan kakinya pincang seumur hidup hingga harus menggunakan kereta kuda untuk mobilitasnya. Berkutat dengan kuda membuat Anna jatuh cinta pada hewan hebat itu dan memiliki perhatian pada isu perlindungan hewan. Black Beauty adalah novel pertamanya yang diterbitkan tahun 1877 dan satu-satunya novel yang pernah ia terbitkan selama hidupnya. Novel ini menjadi salah satu novel paling populer tentang kuda sepanjang masa dan telah diadaptasikan menjadi film maupun serial televisi.
Menutup ulasan saya tentang Black Beauty, saya kutip kata-kata yang sering diucapkan Jerry setiap pagi,
“Kalau kau menyia-nyiakan waktu pagi hari,
Kau takkan mampu menggantinya di pertengahan hari.
Kau bisa saja tergesa dan bergegas, bingung dan cemas,
Tapi kau telah kehilangan waktu itu, saat ini dan selamanya.” (halaman 254)
Semoga Anda berkesempatan membaca novel indah dan memesona ini 🙂
Teh ini buku nya mana?