Judul: Mystery of Yellow Room
Judul Asli: Le mystere de la Chambre Jaune
Penulis: Gaston Leroux
Alih Bahasa: Preti Prabowo
Penerbit: Visimedia
ISBN: 979-065-186-4
Tebal: 320 hlm
Tahun terbit: Juli 2013
Cetakan: pertama
Genre: Fiksi Misteri, Fiksi Detektif
Rating: 4/5
Tak ada hal yang membuat saya lebih tertarik, pada awalnya, untuk membaca Mystery of Yellow Room selain sampulnya yang menawan. Ada kesan misterius dan klasik tertuang di atas sampul kuning itu. Dan itu, tentu saja, diperkuat oleh sinopsis yang membuat saya semakin penasaran, bahwa novel ini merupakan satu dari tiga novel misteri ruang tertutup terbaik sepanjang masa. Apa yang istimewa dari kisah misteri ruang tertutup ini?
Di dalam pengantarnya, novel ini sedikit menjelaskan apa itu misteri ruang tertutup, yang merupakan salah satu subgenre dari fiksi detektif dengan latar kejahatan pada situasi yang tidak mungkin diterima oleh logika. Pada kasus ini, seorang detektif dituntut tidak hanya bisa mengungkapkan siapa pelakunya, tetapi juga bagaimana kemungkinan peristiwa kejahatan itu terjadi di dalam ruangan tertutup. Di mana tak satu pun akses memungkinkan si pelaku untuk melarikan diri.
Aneh, bukan? Sangat aneh. Namun, itulah yang terjadi di kamar kuning—kamar milik seorang perempuan cantik bernama Mademoiselle Mathilde Stangerson. Ia ditemukan tergeletak berlumuran darah di lantai dengan luka di pelipis dan bekas kuku di leher ketika pintu kamarnya berhasil didobrak dari luar oleh Profesor Stangerson bersama asistennya. Tak ada siapa pun di kamar itu selain tubuh anaknya yang tergeletak dan masih hidup. Ke mana pelakunya pergi?
Kedua ayah dan anak Stangerson adalah ilmuwan yang mendedikasikan hidupnya untuk ilmu pengetahuan. Mereka sedang melakukan penelitian intensif selama berpuluh tahun yang mungkin saja akan menggemparkan Perancis, bahkan dunia. Tragedi kamar kuning itu diberitakan dengan sangat heboh di berbagai surat kabar, yang kemudian membawa Frederick Larsan, seorang detektif profesional, tertarik untuk menyelidiki kasus tersebut. Tak hanya dia seorang, kasus misterius itu juga menarik perhatian seorang wartawan muda bernama Joseph Rouletabille.
Bersama temannya yang juga seorang pengacara bernama Jean Sinclair, Rouletabille mulai menelusuri tempat kejadian perkara. Baik Larsan maupun Rouletabille memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam menyikapi kasus ini. Jika detektif Larsan sangat serius menyusuri bukti-bukti dan jejak-jejak yang ditinggalkan si pelaku di sekitar TKP, yang keseluruhannya itu kemudian mengarahkannya pada Monsieur Robert Darzac—calon suami Mademoiselle Stangerson, lain halnya dengan Rouletabille yang justru lebih mempercayai penalarannya sendiri bahwa Darzac tidak bersalah. Selain itu, ada satu hal baru yang mereka temukan, bahwa seluruh berkas penelitian Stangerson yang sangat berharga telah dicuri dari lemari penyimpanan.
“Kebetulan adalah musuh terburuk kebenaran.” (halaman 160)
“Bukti-bukti telah menyesatkan kita. Dalam menalar misteri ini, kita tidak boleh mengartikan bukti-bukti itu seperti apa yang terlihat. (halaman 293)
Banyak hal-hal tak terjawab dari kasus kamar kuning tersebut. Dan ada banyak orang yang bisa diduga sebagai pelaku; Profesor Stangerson si ayah korban, Daddy Jacques si asisten, Bernier si penjaga gerbang, hingga Monsieur Arthur Rance, sahabat keluarga Stangerson, yang pada waktu terjadinya dan pasca terjadinya peristiwa, mereka semua ada di sekitar lokasi perkara.
Penyerangan itu ternyata tidak hanya terjadi sekali. Pelaku itu kembali. Dua kali. Tepat di depan mata Sinclair dan Rouletabille untuk mencoba membunuh Mademoiselle Stangerson, yang masih terbaring sakit akibat luka-luka yang dialaminya. Kasus ini benar-benar membuat banyak orang frustasi memikirkan bagaimana tragedi itu bisa terjadi sedemikian rupa.
Siapa sebenarnya pelakunya? Bagaimana cara si pelaku melarikan diri dari kamar kuning yang mustahil bagi siapa saja untuk masuk dan keluar tanpa diketahui siapa pun? Lantas, apa motif sebenarnya yang menjadi alasan pelaku hingga ia mencuri benda berharga Stangerson dan menyerang putrinya dengan cara yang brutal? Akhir cerita ini benar-benar tidak terduga. Anda akan tercengang mengetahui kenyataan sebenarnya, seperti halnya saya ketika selesai menamatkan novel ini, bahwa Rouletabille yang sangat cerdas itu berhasil memecahkan misteri ini dan mengejutkan banyak orang di pengadilan, saat Darzac akan disidang dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Dan, akhir novel ini menyisakan satu misteri yang sampai detik ini saya simpan untuk imajinasi saya sendiri terkait jati diri Rouletabille.
Gaston Leroux benar-benar piawai membuat karya misteri yang luar biasa. Jika di Inggris ada Sir Arthur Conan Doyle dan di Amerika ada Edgar Allan Poe, maka kita akan bertemu dengan Gaston Leroux di Perancis yang tak kalah hebat meracik cerita detektif. Diceritakan dari sudut pandang seorang narator yakni Monsieur Sinclair sendiri, Mystery of Yellow Room membawa pembaca pada penelusuran kasus yang sangat detail dan runut. Leroux juga menambahkan ilustrasi denah tempat kejadian untuk memudahkan pembaca turut serta memahami kasus yang dihadapi Rouletabille. Novel ini bahkan berhasil menginspirasi Agatha Christie untuk menulis novel sejenis hingga ia dikenal sebagai salah satu novelis perempuan genre detektif paling populer di dunia.
Edisi asli novel ini berbahasa Perancis, yang diterbitkan pertama kali dalam bentuk buku tahun 1908. Sebelumnya, Mystery of Yellow Room pernah diterbitkan dalam bentuk serial bersambung di surat kabar tahun 1907. Lewat novel ini, Gaston Leroux mulai dikenal, menyusul karyanya yang lain berjudul The Phantom of the Opera yang semakin melambungkan namanya.
Saya menyukai cara Leroux menuliskan narasi novel ini. Terdapat jeda dan penekanan intonasi yang tepat, yang membuat saya merasakan bahwa si narator tengah berbicara kepada kita, para pembaca, dan secara tak langsung juga membawa para tokohnya untuk berbicara pada kita. Awal membacanya memang terasa agak sedikit kaku. Mungkin karena saya belum terbiasa dengan banyaknya jeda, semacam interupsi ketika kita menyebut hal-hal detail. Tapi semakin jauh saya membacanya, semakin bisa saya nikmati. Yang jelas, edisi terjemahannya dan hasil penyuntingannya lumayan enak dibaca. Apa yang saya sebut dengan istilah penekanan intonasi dan jeda tadi sepertinya sama persis dengan edisi aslinya, dan memberi kesan bahwa novel ini benar-benar ditulis pada masa klasik.
Betapa beruntung saya bisa memperoleh buku ini dari penerbit Visimedia. Dari semua versi sampul buku yang saya temukan di internet, versi sampul yang dibuat oleh Visimedia ini adalah yang paling saya suka. Paling cocok. Misterinya dapat, klasiknya dapat. Saya jadi ingin mencicipi karya-karya Gaston Leroux yang lainnya. Saya berharap Visimedia bisa menerbitkan seri Joseph Rouletabille lainnya.
Oh ya, ada satu lagi yang hampir terlupa. Pembatas buku novel ini sangat cantik dan unik. Berbentuk seperti sebuah kertas pesan yang biasa kita jumpai tergantung di pintu-pintu hotel dengan tulisan, “Don’t Disturb.” Saya rasa sangat cocok dengan latar novel ini, sebuah kamar tertutup. Anda juga harus segera mencicipinya! ^^