PingJudul: Ping
Penulis: Stuart Avery Gold
Alih Bahasa: Catherine Viardi
Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer
ISBN: 978-798-198-3
Tebal: 82 hlm
Tahun terbit: 2005
Cetakan: pertama
Genre: Fabel, Fiksi Inspirasional
Rating: 3/5

Saya mengenal Ping dari buku Fabled Wisdom for Modern Life. Di lembar pengantar buku itu disebutkan sekilas tentang buku Ping karya Stuart Avery Gold, yang kemudian menggerakkan saya mencari tahu informasinya di Goodreads. Di GR ternyata tidak ada dicantumkan edisi terjemahan Indonesianya sehingga saya pikir memang belum diterjemahkan. Hingga suatu ketika, saya menemukan Ping di salah satu album toko buku online langganan saya. Wow, betapa gembiranya saya. Ini semacam berkah tersendiri bisa menemukan hal-hal tak terduga. Sampul Ping dan Fabled Wisdom memiliki kemiripan; sama-sama berilustrasi katak dan berwarna hijau kekuningan. Suatu padanan yang cantik!

Okelah, kita sudahi saja celoteh-celoteh tentang asal-muasal buku ini, sebab saya ingin berbagi kebahagiaan lewat kisah Ping. Jadi, si Ping ini adalah seekor katak yang ingin mencari kolam baru supaya ia lebih bebas melompat jarak jauh. Ping begitu bangga pada kemampuan melompatnya yang hebat. Namun kolam tempat tinggalnya yang lama sudah kering, sudah tidak ada lagi air yang tersisa. Ia harus mencari tempat baru. Masalahnya, ia tidak tahu kemana tujuannya. Di tengah perjalanannya itu, Ping bertemu dengan seekor burung hantu yang bijaksana. Alih-alih Ping mendapat jawaban petunjuk arah, burung hantu itu justru memenuhi kepala Ping dengan berbagai nasihat dan kebijaksanaan.

“Menurutnya, siapa dirinya itu? Siapa dirinya itu, yang menganggap diri begitu istimewa? Siapa dirinya itu, yang menganggap diri mampu mengejar impian? Siapa dirinya itu, yang mengira memiliki kemampuan untuk mendapatkan apa saja yang ia inginkan dari kehidupan?” (halaman 18)

Ping pun lantas memutuskan untuk menjadikan Burung Hantu sebagai guru. Bersama Burung Hantu, Ping belajar banyak sekali makna hidup. Ia juga disuruh belajar berjalan! Bayangkan, seekor katak yang terbiasa melompat dengan keempat kakinya harus membiasakan diri berjalan dengan dua kaki. Bisakah Ping berjalan seperti itu? Mustahil, bukan?

Burung Hantu juga memberinya petunjuk secara tak langsung bahwa hidup haruslah memiliki tujuan. Setelah melakukan bermacam perenungan, Ping akhirnya tahu ke mana ia harus pergi; ke Taman Kerajaan, yang harus dilalui dengan menyeberangai Sungai Pelanting yang sangat terjal dan berarus deras. Sudah banyak orang yang terpelanting di sana ketika menyeberang dan berakhir naas. Agar bisa mewujudkan impiannya itu, Ping berlatih keras selama setahun dibimbing oleh Burung Hantu. Apakah latihan kerasnya berhasil membawa Ping ke Taman Kerajaan yang sangat indah? Bagaimana nasib si Burung Hantu kemudian?

“Hidup yang bertujuan berarti bahwa apa yang kamu lakukan selaras dengan siapa dirimu. Kejernihan tujuan, hati yang terbuka, dan pikiran yang dipenuhi gairah memberi kita kekuatan untuk mengendalikan ‘jalan'” (halaman 24)

Beberapa penjelasan di kisah ini memang cukup ‘berat’ dimaknai. Sangat filosofis. Mungkin karena Stuart sang penulis memiliki latar Zen, sehingga beberapa pemaknaan agak sulit saya pahami secara utuh. Namun, ada banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari kisah Ping. Seperti halnya kisah para tikus di buku Who Moved My cheese, Ping mengajarkan kepada kita bahwa setiap variabel perubahan yang terjadi pada kemapanan akan membawa kita menghadapi kemunduran. Kita dituntut mengambil risiko dan menghadapi tantangan perubahan itu, dengan atau tanpa teman. Setiap kita harus mampu mencari makna dari setiap perubahan, melakukan lompatan-lompatan hidup menuju ketinggian berikutnya. Dari satu tangga ke tangga berikutnya. Ketakutan kita akan perubahan hanya ada di dalam pikiran.

“Menghindari pengambilan risiko berarti mengambil risiko yang terbesar.” (halaman 36)

“Kegagalan adalah salah satu guru terbaik yang ada di alam.” (halaman 39)

“Yakini saja bahwa kamu tidak bisa, maka kamu benar-benar tidak akan bisa. Yakini bahwa kamu bisa, maka kamu akan bisa. Kata-kata membentuk keyakinan; keyakinan membentuk tindakan.” (halaman 43)

Ringkasnya, Ping mengajarkan kita untuk mendapatkan kebahagiaan.

“Seribu batang lilin dapat dinyalakan dari satu batang lilin. Jadilah pembawa terang. Gunakan kemampuanmu untuk mengilhami dan menyemangati sesama.” (halaman 63)

“Sementara kita melewatkan waktu untuk menanti kebahagiaan, kebahagiaan itu sendiri selalu ada menanti kita.” (halaman 71)

Di pengantarnya, Stuart meyakinkan pembaca bahwa kisah Ping ini benar-benar ada, yang didukung pula oleh informasi penemuan fosil katak jenis baru di Imperial Garden (Taman Kerajaan), Cina, yang melompat ribuan tahun lalu. Katak itu memiliki kaki-kaki belakang yang kuat dan kemampuan melompat yang sangat hebat. Benarkah? Hmm, entahlah…