sifat shalat nabiJudul: Sifat Shalat Nabi ﷺ
Penulis: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir

Yak, ini hari terakhir program mudik bareng ke blog sendiri. Semakin hari saya semakin bersemangat saja untuk menulis dan mengeksplorasi bacaan-bacaan saya. Semoga aktivitas ini terus berlanjut setiap harinya meskipun program #5BukuDalamHidupku sudah selesai. Memilih 5 buku di antara sekian banyak buku yang berpengaruh dalam hidup bukanlah pekerjaan yang mudah. Saya harus menguras memori dan flashback buku-buku yang sudah saya baca di masa lalu, terlebih saat itu saya belum mengenal aktivitas review buku atau pun Goodreads sebagai tempat manajemen buku-buku yang sudah, sedang dan akan dibaca. Menentukan buku terakhir hari ini pun membuat saya benar-benar berpikir keras, “Buku apa yang paling berpengaruh?” Dan saya memutuskan buku inilah yang paling berpengaruh bagi hidup saya; Sifat Shalat Nabi ﷺ.

Anda tentu sudah pasti bisa menebak mengapa buku ini berpengaruh. Yup, karena buku Sifat Shalat Nabi ﷺ membuat saya memperbaiki cara shalat saya. Sewaktu kecil, saya memang disekolahkan di SD Islam. Ayah juga mendatangkan guru ngaji untuk kami supaya lancar baca iqro’ dan al-quran. Tetapi pemahaman agama kami kurang memadai. Kemudian saya melanjutkan SMP dan SMA di sekolah negeri, sekolah umum, yang pelajaran agama hanya diberikan sekali seminggu. Tentu waktu yang sedikit itu tidak akan cukup memuaskan dahaga kita dalam belajar agama. Bersyukur saya berkenalan dengan rohis saat SMA, seperti yang sudah saya ceritakan di tulisan sebelumnya, sehingga saya mulai memperbaiki diri dan pengetahuan agama saya. Saya juga mulai belajar shalat yang lebih baik, fiqh-fiqhnya, juga hal-hal yang berkaitan dengan shalat. Cara saya shalat tentu saja masih sama seperti yang diajarkan di buku-buku agama kebanyakan. Masih sama seperti pakem masyarakat. Hal ini berlanjut terus hingga saya dewasa dan tamat kuliah.

Suatu ketika, saya membaca sebuah artikel tentang cara shalat yang benar dan sesuai sunnah Rasulullaah sallallaahu ‘alaihi wasallam. Dan saya terkejut, bahwa ternyata cara saya shalat selama ini belumlah benar, belum sesuai dengan hadits yang disebutkan di dalam artikel itu.

Dari Malik (telah bersabda Rasulullah saw): “Dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”(H.R. Bukhari)

Bagaimana sebenarnya shalat nabi? Saat itu saya gelisah, khawatir, bertanya-tanya dalam hati, Bagaimana pula shalat yang sudah-sudah saya lakukan itu? Apakah diterima? Baiklah, perihal diterima atau tidaknya amal bukanlah lahan kita untuk mengkajinya. Itu kehendak Allaah ta’ala. Yang perlu kita lakukan hanyalah berupaya sebaik mungkin untuk melakukan yang sebenar-benarnya. Lantas bagaimana kita tahu nabi shalat seperti apa? Kita ‘kan tidak pernah melihatnya secara langsung. Jawabannya tentu saja dari hadits-hadits shahih tentang bagaimana nabi shalat. Nah, untuk mengetahui hal tersebut, sebagai awalan kita harus mencarinya di kitab-kitab atau buku-buku panduan shalat cara nabi. Maka saat itu saya mulai mencari referensi cara shalat yang benar sesuai shalatnya rasulullaah sallallaahu ‘alaihi wasallam. Seorang teman merekomendasikan buku Sifat Shalat Nabi ﷺ ini. Saya pun membelinya.

Dengan bersemangat dan niat ingin memperbaiki hidup, saya mulai membacanya dari awal hingga selesai. Lho kok memperbaiki hidup, sih? Kamu lebay deh! Yup, agaknya tidak berlebihan jika saya sebut memperbaiki hidup. Bagi muslim, shalat adalah rukun islam kedua setelah syahadatain dan, yang paling pertama dihisab nanti, di akhirat, adalah shalat kita. Jika shalat kita di dunia kacau, bagaimana pula ceritanya nanti? Shalat fardhu dilakukan lima kali sehari. Jika shalat kita tidak benar, hal itu akan menjadi kebiasaan yang sulit diubah nantinya. Masa kita mau melakukan kesalahan berulang-ulang? Begitulah inti pemikiran saya dulu.

Berpanduan pada buku itu, saya mulai mencoba gerakan-gerakan yang diajarkan. Awalnya memang agak kurang nyaman karena saya harus mengubah pola gerakan shalat yang bertahun-tahun sudah mendarah daging. Posisi rukuk, sujud, duduk, semuanya saya perbaiki. Bagaimana sebenarnya bangkit dari duduk, hendak sujud, semuanya saya ikuti. Posisi sendi dan tulang terasa lebih berbeda dibandingkan sebelumnya. Apalagi saat sujud dan duduk, posisi ideal menimbulkan sedikit rasa nyeri di tekukan kaki. Tapi hal itu lama-kelamaan sudah tidak sakit lagi sampai sekarang, malah terasa enak dan nyaman, seakan tulang dan otot dikembalikan pada posisi yang seharusnya. Ala bisa karena biasa.

Lalu apa sebenarnya kelebihan buku ini? Pertama, buku ini berisi arahan rinci gerakan dan bacaan shalat sesuai tuntunan nabi, mulai dari takbir hingga salam, disertai hadits shahih yang merujuk padanya. Selain itu, terdapat pula penjelasan apa-apa yang dilakukan rasulullaah sallallaahu ‘alaihi wasallam ketika shalat, apa yang wajib, apa yang sunnah. Hanya saja buku ini tidak disertai dengan gambar sehingga kadang saya harus meraba-raba untuk membayangkan posisi tepatnya saat shalat. Untuk mengatasi hal itu, biasanya saya mencari tahu di Youtube atau di website CaraSholat.com yang lumayan lengkap, supaya lebih mantab. Lebih enak lagi kalau ada guru yang tepat untuk membimbing kita. Sayangnya saya tidak punya, jadi cukuplah untuk sementara waktu belajar lewat media.

Membaca buku ini serasa melihat rasulullaah sallallaahu ‘alaihi wasallam shalat. Kalau dipikir-pikir, betapa beliau sangat mencintai dan menyayangi umatnya. Meskipun kini kita berada jauh dari masa hidup beliau, tapi apa-apa yang beliau kerjakan masih bisa kita ‘lihat’, bahkan hingga masa depan nantinya. Tidak ada yang berubah. Tidak ada penambahan dan pengurangan. Jika rasulullaah sallallaahu ‘alaihi wasallam yang manusia pilihan saja begitu menjaga shalatnya, begitu perhatian dengan shalatnya, maka kita sebagai pengikutnya, sebagai manusia yang hanya secuil ujung kuku bila dibandingkan dengan beliau, sudah seharusnya lebih perhatian lagi pada shalat kita. Dan membaca buku ini membuat saya lebih peduli dengan shalat saya.

Saya tidak bermaksud menggurui lewat tulisan ini. Saya hanya ‘curhat’ tentang kesan-kesan saya membaca buku ini. Yang pasti, bersama buku ini, saya kemudian mulai mengubah masa depan saya sendiri. Memperbaiki cara shalat adalah salah satu bagian dari pembentuk masa depan saya. Bukankah hari ini adalah masa lalu hari esok? Jadi langkah apa pun yang kita ambil hari ini, itu akan mempengaruhi hari esok kita.

Oke. Segini saja dulu. Hari terakhir. Kita lihat besok, tulisan apalagi yang akan saya buat?

Dalam rangka ikut event #5BukuDalamHidupku yang diadakan oleh Irwan Bajang

Dalam rangka ikut event #5BukuDalamHidupku yang diadakan oleh Irwan Bajang | Hari Kelima