Setiap pereview buku tentunya memiliki cara yang berbeda-beda dalam proses pembuatan review mereka. Mengikuti postingannya mbak Aul tentang Bagaimana Aul Menulis Review, saya jadi ingin berbagi juga bagaimana proses kreatif saya dalam menulis review (ceileh…proses kreaaatiiif :P).
Proses Menemukan Ide
Tahap pertama tentu saja membacanya. Saat membaca buku, saya biasa menyiapkan satu buku tulis dan pena untuk mencatat hal-hal yang saya anggap penting dan menarik. Buku tulis yang saya gunakan biasanya buku tulis bekas yang sudah ada isinya, tapi masih menyisakan banyak sekali halaman kosong. Daripada dibuang, mengapa tidak kita manfaatkan saja untuk hal lain?
Jadi setiap kali saya menemukan gagasan menarik, kutipan yang bagus, maupun kalimat yang penting, saya akan langsung mencatat potongan kalimatnya beserta nomor halamannya di buku catatan. Ketika ada hal-hal yang membuat saya berpikir berbeda atau poin-poin yang saya kurang sependapat, saya juga mencatutkan catatan tambahan di dalam buku tersebut.
Saya tidak pernah melipat atau mencoret buku bacaan saya jika menemukan hal-hal penting. Sayang rasanya, mereka pasti kesakitan bila ditekuk atau dicoret-coret. Lagipula, buku jadi lebih awet bila tidak dirusak.
Nah, kalau saat itu saya sedang ‘malas’ membawa-bawa buku catatan, biasanya saya menyiapkan banyak sekali pembatas buku atau kertas-kertas bekas transkrip ATM untuk diselipkan di halaman yang saya anggap penting. Mengapa kertas bukti ATM? Karena ukurannya yang pas sekali, kecil dan tipis. Saya tidak perlu menyobek kertas bagus untuk keperluan ini. Meskipun mayoritas transaksi saya lakukan via internet banking, tapi kadang-kadang saya juga melakukan tarikan tunai via ATM, dan tidak semua ATM menyediakan opsi untuk tidak print bukti transaksi. Ada beberapa ATM yang secara otomatis akan memberikan print out transaksi. Kalau sudah begini, saya akan mengantongi kertas itu dan membawanya pulang untuk disimpan, jarang saya buang. Saya pikir suatu saat pasti ada manfaatnya, dan ternyata benar, ada juga gunanya saat membaca ketimbang menambah jumlah sampah bumi kita. Lagian, sayang ‘kan, sekian banyak pohon ditebang untuk membuat kertas hanya berujung di tong sampah ATM. Ohya, selain kertas struk ATM, struk belanja atau struk tempat kita beli makan juga bisa lho dijadikan alternatif, hihi 😛
Mari kita berhenti berbicara tentang ATM. Kembali ke review buku. Apakah saya menulis review di buku catatan itu juga? Tidak. Yang saya tulis hanya hal-hal penting ataupun pendapat-pendapat saya secara garis besar saja. Untuk menulis review, saya menggunakan komputer dan langsung menuliskannya di draft blog buku. Setelah selesai, saya publish, barulah saya simpan juga di dokumen microsoft office di HD saya. Saya lebih suka mengetik langsung review buku di blog saya ketimbang menuliskannya di buku terlebih dahulu, sebab di depan layar monitor saya lebih leluasa dan lancar menuangkan isi pikiran.
Proses Menulis
Saya tidak punya waktu tetap untuk menulis review, sama seperti tak adanya waktu tetap dan baku untuk membaca buku. Tapi review buku biasanya akan saya tulis secepat yang saya bisa, jangan sampai terpendam lama karena khawatir memori saya banyak yang ‘tidur’. Dan biasanya, saya menuliskan di draft blog itu pada pagi hari, sebab di pagi hari pikiran lebih segar dan tidak penuh.
Saya tidak memiliki aturan baku tentang bagaimana susunan review yang saya tulis. Entah itu baik, entah itu tidak sesuai dengan aturan umum, saya tak terlalu ambil pusing. Biasanya saya memulai dengan sesuatu yang menarik perhatian. Bisa sebuah kutipan, bisa pertanyaan-pertanyaan inti dari buku tersebut, atau sekadar ringkasan cerita si tokoh buku, kemudian menambahkan pendapat-pendapat dan pandangan pribadi saya terhadap buku tersebut. Tak lupa juga untuk mencantumkan apa hikmah atau makna yang bisa saya ambil dari buku itu beserta gambar-gambar yang berkaitan dengan buku tersebut, seperti tempat-tempat yang disinggung dalam buku, aneka sampul buku dari waktu ke waktu, atau informasi-informasi lain yang saya rasa perlu dicantumkan.
Arti Review Buku Bagi Saya
Awal saya menulis review buku dulu saat masih kuliah adalah untuk dokumentasi di perpustakaan saya. Saya ingin setiap teman, yang mau meminjam atau membaca buku saya, bisa terlebih dahulu membaca reviewnya agar sedikit banyak tahu buku mana yang prioritas mereka mau pinjam. Seiring waktu berjalan, menulis review menjadi sebuah kesenangan tersendiri. Saya jadi lebih ingat dengan bacaan saya dan bisa menceritakan ulang jika ada yang bertanya. Selain itu, selama menulis review, wawasan saya menjadi lebih luas tentang banyak hal. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, sebab kadang-kadang informasi yang ada di buku itu bisa kita eksplorasi lebih jauh lagi di internet atau buku lainnya. Seperti rantai, saling terhubung.
Baiklah, cukup segini saja cerita saya tentang bagaimana saya menulis review. Bagaimana dengan teman-teman?
Haaa lucu banget pembatas bukunyaaa *
Telaten banget nulis reviewnya. ehehe
haha, iyaaa itu pembatas bukunya dapat dari TBnya mas Jamal (anak BBI juga) di OM Buku. Unyu yaa 😀
Ini ga telaten lah mbak, kadang kalo datang ga moodnya suka lamaaaa baru nulis review hehe
mbak Evyta Ar mirip sama Robert Louis Stevenson, pengarang Treasure Island dan Dr Jkyll and Mr Hyde.. dia pernah berkata: “Sepanjang masa kanak-kanak dan muda saya..
saya selalu membawa dua buku di saku, satu untuk dibaca, satu untuk ditulisi.”
kalo aq lebih nyaman mencori buku pakai pensil 😀
Wah, menarik reviewnya, tapi kalo panduan atau hal – hal yang mutlak dalam menulis review, gimana ya?
Unik juga cara merivew bukunya… kalo seperti itu memang proses kreatif kok!!
😀
Saya setuju dengan cara review seperti itu, tetapi jika itu buku penjaman. Kalau buku sendiri, aku sendiri lebih suka mencoretnya langsung di bukunya. Selain sebagai memori jika kita membaca ulang, mencoret di bukunya langsung juga untuk menghindari catatan yang hilang 🙂
Walaupun begitu, alangkah baiknya selain mereview untuk pribadi, sebaiknya review juga dipublikasikan untuk berbagi dengan orang lain. Untuk itu tentunya butuh panduan atau hal – hal yang mutlak dalam menulis review.
Good Bye and I give you two thumbs up for this article 🙂
like
Unik penanda bukunya.
belum pernah kepikiran bekas transaksi via ATM bakal berguna sampe segitu kreatifnya. Memang kalau sudah klop di satu hal, apapun bisa jadi pemanis. Tambahan semangat kita. Semoga esensi ‘membaca’ ga banyak dilupakan orang–lagi (; Semangat!!!
kurang lengkap vy ;p
tulisin juga, saat membaca sy suka ambil posisi duduk, atau tiduran, atau pas lagi di dalam angkot haha *iseng*
cemangat ye phy 😉
ini lagi warming up mau ngelanjutin book review juga yang sudah setahun kurang 3 bulan belum nulis lagi ;(
hahaha, iya ya, gak teringat. ayooo hanim review-review buku lagi, biar makin panas #eh 😛
Tips yang mudah dilakukan, memakai pembatas dari kertas ATM dan sisa buku tulis kosong hehe. Terimakasih
Senang sekali membaca tulisan dari orang yang senang membaca buku. Kita adalah makhluk-makhluk yang sejenis… diciptakan dari bahan baku yang sama… hehe. Saya juga memiliki blog http://www.goodaidea.com, sama-sama berniat untuk berbagi ilmu, Saya senang buku non fiksi dan pengembangan diri. Salam
terima kasih sudah berkunjung. akan mampir untuk melihat review-review bukunya 🙂