Judul: Mumi Kucing
Penulis: Jacqueline Wilson
Judul Asli: The Cat Mummy
Alih Bahasa: Diniarty Pandia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 979-22-0631-0
Tebal: 152 hlm
Dimensi: 20 cm
Tahun terbit: November, 2003
Cetakan: ke I
Genre: Fiksi Anak
Rating: 4/5
Memiliki kucing peliharaan memang sangat menyenangkan! Lembut, hangat, manja, lucu dan bisa menjadi tempat bercerita adalah sebagian dari kesenangan memelihara kucing. Itulah yang dirasakan juga oleh Verity, seorang anak perempuan yang sejak lahir sudah tidak memiliki ibu. Verity memiliki kucing belang bernama Mabel, yang juga milik Mum (ibunya) saat masih hidup dulu. Mabel adalah kucing pemberian Gran (nenek). Kucingnya sudah sangat tua, melebihi usia Verity.
Suatu ketika, Mabel hilang. Dicari ke mana pun tetap saja Mabel tak bisa ditemukan. Verity sangat merindukannya dan menyesal telah memarahinya saat Mabel muntah sebelum menghilang. Saat kita kehilangan sesuatu yang kita sayangi, rasanya sungguh tak tergantikan, bukan? Dan ketika mengalami kehilangan itulah, kita baru menyadari betapa berartinya yang hilang itu bagi kita, seperti juga Verity.
“Kupeluk Minnie Mouse sebagai gantinya, tapi rasanya tidak sama. Tidak ada yang bisa menggantikan Mabel. Aku berharap dapat memeluknya dan memberitahunya betapa berartinya ia bagiku.” (halaman 38)
Sudah lebih dari 24 jam Mabel hilang. Semua tempat sudah mereka cari tapi Mabel tak kunjung terlihat. Verity pun semakin sedih yang kemudian berdampak pada fisiknya. Tubuhnya dingin dan gemetar sepulang sekolah keesokan harinya. Agar tetap hangat, ia mencoba mengambil mantel bulunya di lemari. Saat meraba-raba mencari ke dalam lemari, Verity menemukan Mabel sedang bergelung tak bernapas di sana. Mabel sudah mati.
Memikirkan bahwa Mabel akan dikubur dan dimasukkan ke dalam tanah yang kotor dan gelap, lalu cacing-cacing akan memakannya, Verity kemudian terpikir sebuah ide yang ia dapat dari pelajaran Miss Smith, gurunya, tentang bangsa Mesir kuno yang membuat mumi dari orang yang sudah meninggal. Verity akan membuat mumi Mabel!
Ia lantas mencari pengganti Natron, sejenis garam untuk mengawetkan mumi. Kali ini yang ia gunakan adalah garam mandi wangi bunga lavender. Lalu ia menggunting selimutnya menjadi pita-pita untuk melilit tubuh Mabel menjadi sebuah mumi dan melukis simbol-simbol di seluruh pita pembungkus Mabel. Sekarang Mabel sudah menjadi mumi. Verity kemudian memasukkan mumi Mabel ke dalam tas serutnya dan menyimpannya di celah belakang lemari yang akhirnya menjadi makam kucing kesayangannya. Semua itu dilakukannya diam-diam tanpa suara agar Gran dan Grandad tidak mengetahuinya. Membicarakan kematian di keluarga mereka akan membawa kenangan sedih tentang kematian Mum.
Apa yang akan terjadi dengan Verity dan mayat Mabel selanjutnya? Apa Gran dan Dad akan tahu? Rasanya tak menarik lagi bila akhir ceritanya saya beritahukan 🙂
Novel anak ini memang enak sekali dibaca, seperti sedang membaca tulisan anak kecil. Polos dan apa adanya. Bahasanya mengalir dan terjemahannya juga tidak kaku sama sekali. Jacqueline Wilson memang handal menulis buku anak.
Ada banyak sekali pesan moral yang bisa kita dapat dari buku ini, bahwa:
- Jika kita memiliki hewan peliharaan, sayangi dan rawatlah ia sebaik-baiknya, jangan disia-siakan, sebab ia juga makhluk hidup. Saat kita kehilangan dirinya, kita baru akan merasakan betapa berartinya hewan kita itu kala menghibur dan menjadi pelipur lara.
- Ketika mengajarkan sebuah ilmu atau informasi kepada anak-anak, berilah penjelasan yang memadai tentang efek atau segala kemungkinan baik dan buruknya, agar informasi itu tidak ditelan mentah-mentah oleh si anak yang berujung pada sesuatu yang konyol atau bahkan berbahaya.
- Ketika kita merasa sedih akan kematian orang atau hewan, atau sesuatu yang kita sayang, janganlah berlama-lama larut dalam kesedihan, sebab bisa jadi orang lain yang kita sayangi dan menyayangi kita di sekitar kehidupan kita akan ikut merasakan dampaknya
- Untuk menghilangkan rasa sedih atau saat kita tidak ingin melupakan orang yang pergi meninggalkan kita, membuat buku kenangan tentang mereka adalah sebuah solusi yang cukup efektif, seperti Verity dan ayahnya yang kemudian membuat buku kenangan untuk Mum dan Mabel.
“…Mungkin kau bisa membuatnya sendiri. Tulis dengan tulisan tangan terbagusmu dan buat gambar istimewa Mabel. Barangkali kau dapat menulis buku kecil tentang dia? Kau bisa menempelkan foto-foto dan menulis mengenai saat-saat bahagia kau dengannya. Itu bisa jadi cara spesial untuk mengingatnya selamanya.” (halaman 137-138)
Buku ini lucu dan menarik bagi anak-anak, terlebih untuk mendidik mereka tentang hewan peliharaan, bahkan bagi orang dewasa sekali pun. Bahwa sebenarnya, sekecil apa pun peran seekor hewan peliharaan di rumah kita, ia akan selalu meninggalkan kenangan manis dan hiburan untuk kita. Ia sangat berarti bagi yang memeliharanya. Kucing yang ada di rumah kita telah menghibur kita, menelurkan tawa kita saat mereka bermain-main bergelantungan di horden, atau berkejaran di rumah, atau menggaruk-garuk kursi dan kayu, atau sebatas bercengkerama dengan kita. Mereka menghibur kita, meninggalkan kebahagiaan tersendiri bagi pemiliknya.
Satu catatan yang perlu saya tambahkan. Khusus bagi pembaca anak-anak muslim, perlu ada pendampingan oleh para orang tua agar bisa menjelaskan secara benar tentang beberapa hal yang memang tidak sesuai dengan ajaran Islam, misalnya seperti informasi tentang dewa-dewa Mesir, tentang ritual-ritual Mesir kuno, dsb, agar aqidah anak-anak tetap terjaga.
Ohya, lewat buku ini, saya jadi terpikir ingin membuat buku tentang kucing saya sendiri atau tentang keluarga kami seperti yang dibuat Verity. Semacam scrapbook, barangkali? ^^
Resensinya bagus bgt,enak dibacanya 🙂 Hmm..jadi penasaran sm cerita lengkapnya,pingin baca bukunya..hunting ah 🙂
terima kasih sudah berkunjung. cerita lengkapnya seru hehe….moga dapat ya bukunya. ini dulu dapatnya di kios buku bekas 😀