review buku perpustakaan ajaib bibbi bokkenJudul: Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken
Judul Asli: Bibbi Bokkens magische Bibliothek
Penulis: Jostein Gaarder dan Klaus Hagerup
Alih Bahasa: Ridwana Saleh
Penerbit: Mizan
ISBN: 979-433-415-4
Tebal: 296 hlm
Tahun terbit: Mei 2006
Cetakan: Ketiga
Genre: Fiksi Anak, Buku tentang Buku, Fiksi Misteri
Rating: 4/5

Tak bisa dipungkiri bahwa perkembangan dunia literasi saat ini sangat pesat dan menyebar luas ke seluruh dunia, ke seluruh kalangan. Orang dengan mudahnya memperoleh bahan bacaan meskipun tak selalu banyak. Siapa saja bisa menulis tanpa kekangan dan bahkan menerbitkan bukunya sendiri. Berbeda dengan zaman dahulu kala, ketika literasi masih menjadi sesuatu yang langka dan eksklusif bagi para cendekiawan dan penuntut ilmu, bahkan terlarang! Perkembangan ini tentu sangat membanggakan. Meskipun gaya penulisan tiap zaman berbeda-beda dalam segala hal, namun setiap generasi punya keunikannya sendiri-sendiri. Itulah yang ingin ditunjukkan oleh dua penulis asal Norwegia ini.

Jostein Gaarder, yang banyak dikenal sebagai penulis buku best-seller “Dunia Sophie”, berkolaborasi dengan Klaus Hagerup untuk memadukan keindahan dongeng dan kedalaman perenungan tentang dunia literasi dan perbukuan lewat novel anak yang unik berjudul “Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken”, yang diterjemahkan langsung dari edisi aslinya yang berbahasa Swedia “Bibbi Bokkens magische Bibliothek”.

“Saat membaca, segala sesuatu bermain-main di dalam kepala kita…
Mungkin di salah satu bagian dalam otak kita tersimpan segala macam warna. Begitu pula dengan wewangian dan rasa.” (halaman 47)

“Sebuah buku adalah dunia ajaib penuh simbol yang menghidupkan kembali si mati dan memberikan hadiah kehidupan yang kekal kepada yang masih hidup. Sungguh tak dapat dibayangkan, fantastis, dan “ajaib” bahwa kedua puluh enam huruf dalam alfabet kita bisa dipadukan sedemikian rupa sehingga bisa memenuhi rak raksasa dengan buku-buku dan membawa kita ke sebuah dunia yang tak pernah berujung.” (halaman 237)

Betapa ajaibnya kata-kata, dan itulah yang dialami oleh dua saudara sepupu ini, Nils dan Berit. Mereka kini tinggal di kota yang berbeda. Sebuah ide unik dari seseorang akhirnya membuat mereka berdua saling berkomunikasi lewat buku-surat. Jadi, yang dimaksud buku surat itu adalah sebuah buku kosong yang mereka tulisi untuk berkomunikasi. Nils akan menulis apa yang ingin disampaikannya di dalam halaman buku, lalu buku itu akan dikirimkan kepada Berit. Berit kemudian akan membalasnya dan buku itu dikirimkan kembali kepada Nils. Begitulah seterusnya cara mereka berkomunikasi. Unik ‘kan?

Tapi, ternyata ada seorang wanita misterius di antara mereka yang tampaknya mengincar buku-surat tersebut. Belakangan mereka ketahui namanya adalah Bibbi Bokken setelah Berit menemukan sebuah surat dari Sirri-si-Campo-dei-Fiori yang terjatuh dari tas wanita misterius itu. Di dalamnya terdapat sebuah rahasia yang berkaitan dengan buku misterius yang belum diterbitkan dan sebuah perpustakaan ajaib. Tak hanya itu, seorang lelaki berkepala botak yang tak kalah misteriusnya dengan Bibbi, selalu saja ada di dekat Nils dengan senyumnya yang menakutkan. Dia adalah si Mr. Smiley. Apakah ini suatu kebetulan? Ataukah justru kesengajaan? Dan coba tebak! Yup. Si Smiley ini juga mengincar buku-surat Nils dan Berit Boyum dan dengan segala cara mencoba mendapatkannya!

Dengan gaya detektif dan petualangan ala Lima Sekawan-nya Enid Blyton, perburuan mereka untuk memecahkan misteri ini pun dimulai. Mereka bertekad untuk menemukan perpustakaan ajaib Bibbi Bokken yang misterius itu. Dari hasil penyelidikan Berit diketahui bahwa Bibbi sering menerima paket-paket besar berisi buku dari seluruh penjuru dunia. Karena penasaran, Berit masuk ke rumah Bibbi Bokken dan memeriksa semua sisi rumahnya. Anehnya, tak satu buku pun ia temukan di sana! Di mana semua buku-buku itu? Berhasilkah mereka menemukan perpustakaan ajaibnya? Apa perpustakaan itu memang benar-benar ada? Dan siapa sih sebenarnya Bibbi Bokken dan Mr. Smiley itu? Apa benar mereka tergabung di dalam komplotan yang berkaitan dengan konspirasi buku? Buku apa sebenarnya buku-surat Nils dan Berit sampai-sampai diincar oleh kedua orang itu? Argh! Semua pertanyaan itu akan melayang-layang di kepala kita selama membaca buku ini! Dan jawabannya baru akan kita dapati di akhir cerita. Voila!

Novel ini memang unik. Apa saja keunikannya? Pertama, terjemahannya yang sangat bagus, nyaman dibaca dan mengalir apa adanya. Kedua, gaya penceritaan dua penulis tersebut memang cukup lugas dan sangat pas untuk pembaca anak-anak dan remaja. Saya tak tahu bagaimana harus mendeskripsikannya. Intinya sangat menyenangkan membaca gaya bertuturnya. Ketiga, ide ceritanya kreatif dan hebat; buku-surat, seputar dunia perbukuan dan bibliografi. Jarang-jarang buku anak memiliki tema yang terkesan ‘berat’ seperti bibliografi ‘kan? Tapi, Jostein Gaarder dan Klaus Hagerup berhasil mengenalkan dunia perpustakaan dan perbukuan dengan cara yang menarik dan mengasyikkan. Mulai dari sejarah perbukuan dan penerbitan, cerita-cerita terkenal seperti Winnie the Pooh, Anne Frank, puisi-puisi Jan Erik Vold, hingga sejarah penghancuran buku, tentang perpustakaan terhebat dalam sejarah, juga pengenalan kertas-kertas dan buku kuno, istilah-istilah bibliografi, klasifikasi Dewey, dan banyak lagi. Semua itu membuat buku ini kaya akan informasi. Asyik ‘kan?

Buku ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan buku-surat Nils dan Berit. Pembaca akan melihat tulisan mereka yang saling berbalas, termasuk lampiran-lampiran bukti/fakta penyelidikan mereka. Lalu bagian kedua berisi cerita tentang petualangan mereka sebagaimana buku pada umumnya. Uniknya, di bagian kedua ini, cerita ditulis menggunakan sudut pandang orang pertama, yakni Nils dan Berit. Jadi, jeda pertama akan diceritakan oleh Nils sendiri, lalu jeda berikutnya oleh Berit sendiri, dan itu dilakukan secara bergantian tanpa pemberitahuan atau tanda bahwa sudut pandang tokoh telah berganti. Jeda hanya dibedakan dengan spasi atau jarak antara atas dan bawah saja. Cara seperti ini cukup unik bagi saya karena baru kali ini membaca cerita dengan sudut pandang bergantian seperti ini tanpa pembatas. Kalau di buku “My Sister’s Keeper”-nya Jodi Picoult ‘kan ada pembeda tuh. Misal di bab pertama, yang bercerita itu tokoh A. Lalu di bab kedua oleh tokoh B. Begitu seterusnya. Kita bisa langsung tahu kalau bab tersebut seutuhnya diceritakan oleh satu orang tertentu. Nah, di bagian kedua novel “Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken” ini tidak begitu. Tidak ada pembeda. Langsung saja berganti begitu saja. Pembaca harus jeli mengikuti plot cerita agar tidak tertukar antara Nils dan Berit. Benar-benar seru!

Awalnya saya kira saya akan menemukan sesuatu yang magis, semacam cerita fantasi penuh kekuatan gaib seperti novel “Libri di Luca” karena judulnya mengandung kata ajaib, namun ternyata tidak seperti yang saya pikirkan. Keajaiban yang dimaksud ternyata lebih nyata dan lebih ‘magis’, dan hmm…ya…baca sendiri saja ya! Yang pasti, buku ini tidak termasuk ke dalam genre yang saya tidak suka, yaitu fantasi berbau magis 😀

Teringat tentang kertas kuno yang disinggung di novel ini, saya jadi tahu lho bahwa dulu sekali, lima ratus tahun lebih, buku salah satunya juga ditulis di atas kertas dengan campuran bahan katun dan linen. Kertasnya sangat tebal dan kokoh dan ditulis dengan tinta sebelum alat cetak ditemukan. Hmm, bagaimana wujudnya ya? Saya semakin penasaran. Andai saja suatu saat saya bisa berkunjung ke perpustakaan yang menyimpan buku-buku kuno, alangkah gembiranya saya, seperti halnya Nils dan Berit.

capitaselectanatsir

Salah satu buku yang usianya paling tua di antara koleksi saya adalah Capita Selecta M. Natsir terbitan tahun 1954. Sampulnya masih sampul kain. Kertas dalamnya lumayan tebal dan lembut. Kalau diraba, tekstur timbul kertasnya terasa, seperti berserat. Meski sudah berusia puluhan tahun, tapi kertasnya terlihat masih kokoh. Kabarnya memang buku-buku terbitan lama itu kertasnya cukup awet. Paling-paling menguning saja atau ada sedikit bercak kuning. Bagaimana lagi dengan buku-buku kuno Incunabula (buku-buku yang dicetak pertama kali pada abad ke 15) yang diceritakan di novel ini ya?

Wah, ada begitu banyak hal yang ingin saya torehkan di review ini, tapi sayangnya nanti terlalu panjang dan justru membuatnya tidak fokus. Kesimpulan saya atas buku ini adalah AJAIB! Bagi para pecinta buku, buku ini adalah salah satu buku tentang buku terbaik yang pernah ada. Novel ini akan sangat bermanfaat bagi anak-anak, remaja dan para pembaca muda untuk meningkatkan kecintaan terhadap buku dan dunia perpustakaan. Dan karena buku ini pula, saya ingin sesegera mungkin merampungkan penyusunan buku-buku saya di rak dengan sistem klasifikasi Dewey seperti yang dilakukan Bibbi Bokken. Duh, rugi pokoknya kalau tidak mencicipi novel ini! ^^

“Siapa yang bisa menemukan buku yang tepat, akan berada di tengah-tengah teman terbaik. Di sana kita akan berbaur dengan karakter paling pintar, paling intelek, dan paling luhur, di sana kebanggaan serta keluhuran manusia bersemayam.” (halaman 235)

“Setiap kali aku membuka sebuah buku, aku akan bisa memandang sepetak langit. Dan jika membaca sebuah kalimat baru, aku akan sedikit lebih banyak tahu dibandingkan sebelumnya. Dan segala yang kubaca akan membuat dunia dan diriku sendiri menjadi lebih besar dan luas.” (halaman 238)